Bagaimana peta hidup kita?  

Posted by: Intan Lingga in

Melihat banyaknya orang hilir mudik di depan mataku, aku berpikir.
“Mereka ini kesana-kemari mau ngapain ya?”

Pagi hari aku di kampus, ada yang sibuk, ada yang nongkrong. Hari ini aku jadi peserta pengisi nilai untuk sertifikasi salah satu dosenku. Siang hari aku memandangi sertifikat tutor yang baru saja aku dapatkan, bangga rasanya ;)

Sampai di posko, aku menemukan banyak orang dengan banyak kegiatan. Ada yang tidur, ada yang ngobrol, ada yang ngemil, ada yang sibuk menempel pengumuman. Oya, hari ini posko kedatangan satu tim lain, mereka KKN untuk pemilukada Yogyakarta yang kebetulan di markaskan di sini, di posko KKN-ku, Balai RK Gedongkiwo. Semangat baru! Jujur saja datangnya beberapa orang baru (yang salah satunya) bisa diandalkan, menyulut lagi semangatku. 

Aku jadi semakin yakin dengan teori yang mengatakan “Beberapa orang dalam satu kelompok, yang bekerja paling-paling 20%-nya”. Pembuktian ke sekian kalinya ya di sini, di kelompok yang baru datang.
___________________________________________________________________

Sebenarnya, sebelum menulis tadi, ada satu hal yang terpikir. KONSEP. Yah, konsep hidup lebih tepatnya. Kadang aku berpikir, pada saat yang sama dan dalam kegiatan yang sama, kenapa frekuensi bekerjanya berbeda? Karena konsepnya berbeda. Setuju?

Dalam sebuah event, kalau ga  ada konsep, acara pasti ga asik. Konsep itu rencana besar, rencana kasar, tema besar, strategi, yang nantinya kita akan membuat langkah-langkah kecil untuk mendapatkan yang besar itu. Sama seperti sebuah event, saat manusia tidak punya konsep, dia juga akan bingung dengan hidupnya. Tapi seringkali orang tidak sadar akan ini. Mungkin aku cuma segelintir yang ingat saat banyak yang lupa, tapi besok bisa jadi aku yang lupa diantara banyak yang ingat. Itulah hidup. Dan katanya kita, manusia, adalah tempatnya salah dan lupa. 

Acara menulis itu selesai kemarin lantaran aku tiba-tiba bad-mood melihat beberapa kawan yang menghabiskan waktu di posko dengan sia-sia, tanpa kerja. 

Dulu aku jauh dari dunia organisasi, tapi sekarang mungkin aku salah satu dari sekian banyak orang yang sudah tidak bisa -diam- tanpa berorganisasi. Pikiranku kesana-kemari, membayangkan ini dan itu, membuat konsep dan rencana-rencana untuk hidupku yang kadang tertunda-tunda karena terlalu menakutkan untuk benar-benar dikejar. Yah, itulah yang masih menjadi PR besarku. Aku masih penakut. 

Hanya saja, Allah terlalu baik. Di sekelilingku banyak orang-orang hebat yang sepertinya akan selalu mengingatkan saat aku lupa.. dan menguatkan saat aku takut.

"Bentangkan peta yang luas itu,
Lihat di mana kita berdiri, lalu buatlah rute yg pasti utk menyelesaikannya.
Hitung waktu yg ada,
Lalu persiapkan semua amunisi sebaik mungkin.

Siap tancap gas! ;)
Ajaklah yg bisa diajak, dan tinggalkan yg perlu ditinggalkan ^_^"

__Intanian__

Yogyakarta, 23 Juli 2011
__Intanian__

Percayalah, Itu Jawabnya!!!  

Posted by: Intan Lingga in

“Sampai pada titiknya, manusia hanya akan sendirian.
Sendirian untuk sebuah tanggung jawab, yaitu menjadi manusia seperti hakikatnya.
Mungkin akan banyak yang datang dan pergi, menasehati, menyakiti, mengkhianati, sampai menyenangkan hati.
Tapi pada akhirnya akan berlalu,
Kita akan tetap kembali pada tanggung jawab kita : menjadi diri yang penuh tanggung jawab.
Tapi Tuhan telah memberi kekuatan yang sangat besar dan sekaligus sangat lemah : diri kita.
Kita hanya tinggal memilih, semua ada konsekuensinya masing-masing.”
__Intanian__

Hai, apa kabar dunia di luar sana?
Sampai hari ini, aku masih sibuk dengan kegiatan KKN-ku. Semangat membara itu akhirnya mengecil apinya. Ada banyak angin yang meniupku ke sana-ke mari, ada yang mengambil salah satu sumbu apinya, ada yang sengaja memercikkan air, dan ada banyak kenyataan yang tak mungkin membuat api ini berkobar semakin besar. Tapi positifnya, api ini tetap menyala.
Ada sebuah cerita di mana aku menemukan bahwa manusia memang makhluk yang kasat sekaligus tak kasat mata. Dan pencitraan itu benar-benar ada, disadari, atau tidak.
Seekor kucing rumahan yang mungil, bersih, dan terlihat menurut aturan, tiba-tiba saja tersesat di lingkungan anak macan. Melihat banyak persamaan di tubuh mereka, dia berusaha mengaum. Dia merasa harus menjadi anak macan, atau tepatnya ‘ingin’. Sebenarnya, saat kita tahu, mungkin anak-anak macan itu bukanlah anak macan. Mungkin anak kucing, yang terlihat seperti anak macan. Entahlah, tapi aku yakin anak kucing itu tersiksa. Dan kelihatan aneh.

Secara pribadi, aku menganggap ini adalah sebuah pelajaran. Pelajaran akan prinsip hidup, yang seharusnya secara naluri kita semua memilikinya. Prinsip itu pada saatnya harus di adu. Saat persiapan kita belum matang, mungkin kita hanya akan jadi pecundang yang bingung akan arah dan menyesal setelah tua, setelah banyak arah dicoba dan banyak waktu telah lewat sia-sia.
Tapi mungkin prinsip itu juga harus didapat setelah banyak menelan pahit.
Lalu sebenarnya di mana kuncinya?
Kita tidak pernah tahu bagaimana seseorang melalui hidupnya. Itu misteri Illahi.. menurutku, kita cuma perlu percaya, terus hidup dalam rasa percaya itu, sampai kapan? Sampai mati. Karena mungkin tidak pernah terbukti.. tapi dengan hal itu, kita aka menjadi orang baik. Hidup kita pasti akan baik.
Pikirkanlah, ada berapa orang di dunia ini yang bisa kita percayai sepenuhnya? Mungkin tidak ada. Mungkin diri kita pun tidak. Aku rasa, percaya pada mimpi itu lebih menjanjikan. Karena dia tidak akan berubah selagi kita terus memimpikannya.

__Intanian__
Yogyakarta, Balai RK Gedongkiwo, Jum’at 15 Juli 2011