Tiga Dosen UMY Mengajar di Charles Darwin University “Mengajar Sekaligus Menawarkan Hukum Islam”  

Posted by: Intan Lingga in


Tiga dosen International Program For Law & Sharia Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IPOLS UMY) akan mengajar di Charles Darwin University, Australia. Para pengajar UMY ini akan menjadi pemateri dalam Program Summer Course For Sharia Issue, “Islamic Law”. Rencananya, mereka akan berangkat ke Australia pada Selasa (29/11) dan akan berada di sana sampai tanggal 9 Desember 2011. Ketiga dosen tersebut adalah Muchammad Ichsan, H., Lc., MAIRKH., Ph.D., Muhammad Endrio Susilo, H., S.H., MCL.  (Dekan Fakultas Hukum UMY), dan Nasrullah, H., S.H., S.Ag., MCL.

Hal ini disampaikan oleh Direktur International Program For Law & Sharia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IPOLS UMY), Yordan Gunawan, SH, MBA, pada acara pelepasan dosen, Senin (28/11) pagi di Ruang Sidang Rektorat UMY.

Yordan mengatakan,  peserta program  summer course  berjumlah kurang lebih 120 orang dari berbagai negara. “Peserta dibagi menjadi dua, peserta internal dan eksternal. Peserta internal adalah peserta yang secara langsung mendengarkan perkuliahan di dalam kelas, sedangkan peserta eksternal adalah peserta yang mengikuti perkuliahan secara online (via internet), yang berasal dari banyak negara di luar Australia. Mata Kuliah yang akan diajarkan adalah Introduction to Islam and Sharia, Introduction to Islamic Jurisprudence, Introduction to Islamic Constitutional Law, Introduction to Islamic Family Law, Islamic Criminal Law, Islamic Law of Contract and Banking,” ungkapnya.

Ketiga dosen ini dilepas langsung oleh Rektor UMY, Ir. H.M. Dasron Hamid, M.Sc. Dasron menjelaskan ada dua agenda yang diemban, yakni misi akademik dan diplomatik. “Mengajar di sana adalah sebuah pembuktian intelektual atas kualitas para pengajar di IPOLS. Selain itu, Australia adalah negara yang banyak dipengaruhi barat, pandangan mereka terhadap Islam masih negatif, citra Islam masih seputar terorisme, sehingga menjadi sebuah tantangan bagi para delegasi dari UMY untuk mengemas perkuliahan menjadi menarik, dipahami, dan lebih dari itu adalah bagaimana menawarkan konsep Hukum Islam yang memberi manfaat bagi seluruh,” ungkapnya. 

Sementara menurut salah satu delegasi yang akan turut mengajar, Endrio, misi ini merupakan tanggung jawab yang berat sekaligus membanggakan. “Sebagai akademisi, menjadi pemateri di summer course di negara lain adalah sebuah tanggung jawab sekaligus pembelajaran dan proses meningkatkan kualitas dosen sebagai pengajar. Dan lebih dari itu, di pandangan barat termasuk Australia, Islam seringkali menjadi terdakwa dalam banyak hal, salah satunya terorisme. Maka tugas kami juga adalah melakukan advokasi, memberikan pemahaman tentang bagaimana Islam dan hukum Islam sendiri. Sebagai kaum Islam, kita memiliki hukum-hukum Islam yang mungkin tidak mereka kenal, seperti zakat, wakaf, dan lain sebagainya sebagai sebuah sistem hukum yang memberikan banyak manfaat,” jelasnya.

RELEASE :
Republika online
yahoo
okezone
AMIKOM info
Kedaulatan Rakyat

Republika





Demokrasi Indonesia Masih Minus  

Posted by: Intan Lingga in

Indonesia perlu melakukan perubahan politik. Karena walaupun memiliki sistem demokrasi dan sudah ada pemilihan umum, nyatanya masih banyak larangan bagi bangsa Indonesia. Salah satunya, masyarakat masih dilarang memiliki ideologi atas kepercayaan yang berbeda. Demokrasi Indonesia masih minus.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Max Lane, dosen tamu dari Melbourne University, pada saat memberikan ceramahnya di acara Public Lecture “Democracy and Political Education in Indonesia” Jumat (25/11) pagi. Acara ini diselenggarakan oleh Jusuf Kalla School of Government (JKSG) UMY bertempat di Kampus Terpadu UMY.
Max menyampaikan, pada tahun 2050 mendatang, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan menjadi 450 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang demikian banyak, sebenarnya Indonesia bisa membentuk kekuatannya sendiri. “Penduduk Indonesia adalah kekuatan bagi Negara Indonesia. Bangsa Indonesia harus bisa menjadi pelaku sejarah, menjadi organisasi yang bergerak, menjadi bangsa yang ingin menentukan nasib bangsanya sendiri. Masyarakat yang demikian banyak itu perlu mendapatkan pendidikan politik, agar dapat bergerak dalam bidang politik, untuk menentukan nasib bangsanya ke depan,” ujarnya.
Menurut Max, bangsa Indonesia harus mengingat lagi sejarah bangsanya. “Dulu, gerakan kemerdekaan dimotori oleh gerakan massa yang ingin merdeka. Salah satunya, organisasi politik massa berbasis Islam yang bergerak dengan cepat. Sekarang, Bangsa Indonesia  perlu mengingat kembali bahwa negara ini berdiri karena kemauan rakyatnya untuk merdeka. Jadi, bila ingin maju, Indonesia harus banyak belajar dari sejarah bangsanya.” terangnya antusias.
Lebih lanjut, Max menambahkan, bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki Mata Pelajaran Sastra Nasional dalam kurikulum sekolah menengahnya. “Dari SMP sampai lulus SMA anak Indonesia tidak dikenalkan dengan tulisan-tulisan di masa sejarah. Tidak dikenalkan pada pemikiran-pemikiran orang Indonesia saat revolusi. Padahal hal tersebut perlu agar kita tahu bagaimana sebuah gerakan massa bisa membawa rakyat pada sebuah kemerdekaan dan menentukan nasib bangsanya sendiri,” ungkapnya. 

JOGJA POS

Produksi Tak Mampu Penuhi Permintaan, UMY Kembangkan Inovasi Budidaya Manggis  

Posted by: Intan Lingga in


Jumlah ekspor manggis mencapai 832.000 ton di tahun 2010, angka ini jauh di atas jumlah ekspor mangga. Buah yang mendapat julukan “ratu buah” ini, memiliki kandungan antioksidan seperti xanthone, alpha, dan beta mangostin pada kulitnya, yang bermanfaat sebagai anti kanker. Buahnya sendiri dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun olahan (jus) sebagai minuman kesehatan/suplemen. Permintaan yang terus meningkat ini rupanya tidak diimbangi dengan jumlah produksi buah yang seimbang. Sampai saat ini, buah manggis masih dikumpulkan dari area pekarangan yang dipanen dari kebun rakyat. Akibatnya ketersediaan buah manggis di pasaran terbatas dan belum memiliki standar laiknya buah perkebunan komersial.

Perkembangan buah manggis menghadapi beberapa kendala, diantaranya, pertumbuhan tanaman yang lambat, rambut akar yang sedikit, buah yang bersifat musiman, dan biji yang dihasilkan per buah sedikit. Perbanyakan secara In Vitro dianggap menjadi salah satu alternatif untuk menghasilkan bahan tanam manggis. Perbanyakan In Vitro adalah perbanyakan bakal biji di dalam gelas.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Innaka Ageng Rineksane, MP, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dalam Orasi Ilmiahnya yang berjudul “Embriogenesis Somatik, Organogenesis, dan Analisis Keragaman Somaklonal Pada Manggis”, Sabtu (19/11) pagi bertempat di Kampus Terpadu UMY. Orasi ilmiah digelar dalam rangka mempresentasikan disertasi studi doktor Innaka, yang beberapa waktu lalu dirampungkannya di University Putra Malaysia.

Menurut Innaka, perbanyakan secara In Vitro memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah pembuahan yang cenderung lebih cepat terjadi dibandingkan dengan pembuahan yang terjadi dari biji alami. “Bila dari biji alami, pembuahan bisa sampai sepuluh tahun, tapi dengan In Vitro, lima tahun sudah bisa berbuah. Tanamannya pun tidak terlalu tinggi, sesuai dengan tinggi tubuh si pemanen,” jelasnya.

Lebih lanjut Innaka menambahkan, perbanyakan In Vitro dapat dilakukan melalui embriogenesis somatik dan organogenesis. Embriogenesis somatik adalah pembentukan bakal biji dari sel tanaman. “Pembentukan biji dari sel tanaman dapat dijelaskan sebagai proses perkembangan aseksual yang menghasilkan bakal biji dari sel-sel soma. Tahap perkembangannya mirip seperti bakal biji secara alami, dan akan terlepas dari induknya. Sedangkan organogenesis (pembentukan organ di laboratorium) merupakan proses pembentukan organ, secara in vitro, baik secara langsung atau tidak langsung melalui kalus.

Sementara Dekan Fakultas Pertanian UMY, Ir. Sarjiyah, MS, mengaku sangat bangga dengan gelar doktor yang telah diraih oleh Innaka. “Fakultas Pertanian sekarang memiliki pakar In Vitro, spesifikasi manggis. Semoga gelar doktor yang telah diraih mampu memberikan sumbangsih kepada masyarakat, UMY, juga keluarganya,” ungkapnya sambil tersenyum.

RELEASE : 
ANTARA News.com

                                                              Suara Merdeka

CEO For You II, "Because I Care"  

Posted by: Intan Lingga in


Kesadaran untuk berbagi, tidak saja merupakan sikap mulia yang diajarkan semua agama. Lebih jauh dari itu, pikiran dan naluri manusia  sebagai makhluk sosial selalu menuntut kita untuk bersikap peduli dan peka terhadap segala penderitaan, kekurangan dan keterbatasan yang dirasakan sesama. Ada sisi lain dari batin kita yang ikut menderita atau merasa bersalah ketika kita memiliki dan merasakan kemudahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, sementara disaat yang sama kita tahu, ada di sekitar kita yang bahkan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok pun terasa sulit. 

Ada setitik cahaya yang menjadi harapan kita bersama, ketika naluri kesadaran kita tergerak untuk melakukan amal nyata, dengan berbagi terhadap sesama maka kita pun dapat saksikan tidak saja para tokoh dan pemuka agama, para cendekiawan, profesional, mahasiswa, pejabat pemerintah bahkan para pengusahapun saat ini telah semakin menyadari hak orang lain dan ia merasa harus memberikannya kepada yang berhak menerimanya.

Salah satu langkah nyata adalah melalui kegiatan-kegiatan pendidikan agama, pendidikan umum dan kegiatan sosial. Atas dasar tersebut kami yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi “Creative Event Organizer” (CEO) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ikut berpartisipasi untuk secara bersama-sama membantu adik-adik kita di TK Kuncup Mekar Shelter Gondang 1 Cangkringan yang membutuhkan. Melalui acara “CEO for You II” sebagai kelanjutandari acara CEO For You yang sebelumnya pernah kami adakan di Panti Asuhan di daerah Kulonprogo, DIY. Acara ini kami lakukan melalui sebuah kegiatan Bakti Sosial. Diharapkan, dengan suatu kegiatan Bakti Sosial yang dikelola secara optimal dan terorganisir dapat mengemas misi pendidikan, kegiatan sosial sekaligus alokasi bantuan materiil bagi anak-anak TK Kuncup Mekar Shelter Gondang 1 Cangkringan yang mengalami trauma psikis pasca erupsi akhir tahun 2010 yang lalu. Dimana pada akhirnya akan memperbaiki kondisi mental anak-anak TK tersebut dan membentuk pribadi yang mandiri.

 
Tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan CEO For You II adalah :
1.      Berbagi rezeki kepada anak-anak TK Kuncup Mekar Shelter Gondang 1 Cangkringan berupa kebutuhan sekolah dan kebutuhan makanan.
2.      Memberikan hiburan kepada anak-anak  TK Kuncup Mekar Shelter Gondang 1 Cangkringan berupa acara-acara yang mendidik.
3.      Menjadi wadah untuk rekan-rekan dalam melakukan kebajikan berupa dana maupun tenaga yang kemudian akan disalurkan secara langsung ke TK Kuncup Mekar Shelter Gondang 1 Cangkringan.
             4.    Meningkatkan rasa kepedulian sosial terhadap sesama

      Deskripsi Acara
Ikom Creative Event Organizer akan  melakukan kegiatan bakti sosial terhadap korban bencana erupsi merapi yang beradadi Shelter Hunian Sementara Gondang 1 Cangkringan Sleman DIY. Dengan sasaran adalah anak-anak usia 3 sampai 5 tahun yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak Kuncup Mekar di shelter tersebut. Ada banyak rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu pendidikan agama seperti mengaji, praktik shalat, memberikan pendidikan umum seperti belajar membaca, berhitung, menyanyi, menulis, menggambar serta mengadakan beberapa lomba anak-anak dengan tujuan untuk menghibur sekaligus menghilangkan trauma pada mereka pasca bencana erupsi merapi tersebut.
  
      Waktu dan Tempat
·         Hari/ Tanggal        : Sabtu, 26 – 27 November 2011
·         Tempat                  : TK Kuncup Mekar Shelter Gondang 1 Cangkringan, Sleman
·         Pukul                     : 07.00 s/d 11.00 WIB

Hormat kami, 
Creative Event Organizer (@creative_eo)

Untuk bantuan yang akan disampaikan, silahkan tinggalkan komentar, atau hubungi : 
083869321314  



RELEASE :
Gudeg net




Terorisme Ibarat Letusan Gunung  

Posted by: Intan Lingga in

Terorisme, khususnya yang terjadi di Indonesia, sudah menjadi wacana dunia Internasional. Namun demikian, pemerintah Indonesia masih belum memiliki solusi untuk mengatasi hal ini. Terorisme dianggap sebagai hal ‘kabur’ yang muncul ibarat letusan gunung. Sekarang meletus dan membuat turis ketakutan untuk datang, tetapi setelahnya dilupakan. Kaburnya permasalahan ini, mengakibatkan prioritas kebijakan yang ada menjadi tidak jelas pula.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Fisipol UMY), Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, saat menjadi pembahas pada acara bedah Buku berjudul “Radikalisme Islam di Indonesia : Jejak Sang Pengantin, Pelaku Bom Bunuh Diri” yang diselenggarakan oleh Jusuf Kalla School of Government (JKSG) UMY, Kamis (17/11) sore, bertempat di Kampus Terpadu UMY. Buku ini ditulis oleh Prof. Bilveer Singh (National University of Singapore) dan Prof. Abdul Munir Mulkhan (Guru Besar UIN Sunan Kalijaga dan Pengamat Sosial Keagamaan).

Bambang menegaskan, bahwa terorisme adalah isu yang tidak akan pernah hilang. “Terorisme, sama seperti gunung yang meletus. Tiba-tiba saja terjadi dan akan terus ada. Para pelaku masih menganut paham para pendahulunya, bahwa mati sahid tidak harus di Palestina. Mati sahid bisa di mana saja, bahkan di setiap jengkal tanah di muka bumi ini. Karena tiap jengkal tanah adalah tempat konflik antara Islam dengan kafir,” terangnya.

Sementara Prof. Bilveer Singh dan Prof. Abdul Munir Mulkhan, dalam buku ini, menegaskan bahwa terorisme adalah masalah yang riil, yang harus segera ditangani oleh pemerintah Indonesia. Bilveer mengungkapkan, bagaimana masyarakat dunia memandang Indonesia sebagai sarang teroris, hanya karena beberapa pelaku saja. Menurutnya, ada faktor yang mendorong terjadinya terorisme, khususnya terorisme Islam. “Ada faktor pendorong baik dari dalam maupun luar.  Orang Islam merasa ditindas, merugi, yang pada akhirnya memberikan dampak pada bagaimana orang Islam melihat dirinya sendiri,” ungkapnya antusias.

Sedangkan Abdul menambahkan, bahwa siapa saja bisa menjadi teroris, tergantung bagaimana seseorang itu memandang dunia. “Masyarakat Islam masih merasa, bahwa nasib buruknya merupakan akibat dari perang salib yang terjadi pada zaman dulu. Hal ini membuat adanya kecenderungan melihat orang lain berbeda dari dirinya, bahwa orang lain adalah musuhnya. Dengan pemahaman ini, dan kepercayaan bahwa kematian itu membanggakan, siapa ” terangnya. 




Membentuk Kepercayaan, Solusi Konfilk Papua  

Posted by: Intan Lingga in


Sebuah daerah tidak akan bisa maju bila di dalamnya terjadi konflik. Sama seperti berumah tangga, pendekatan dan saling percaya merupakan hal penting untuk membentuk rasa senasib dan menciptakan kebersamaan. Maka, mencari akar masalah dan membentuk kepercayaan adalah solusi untuk mengatasi konflik di manapun, juga di Papua. Dengan rasa saling percaya dan pendekatan yang tepat, maka konflik dapat dihindari.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Farid W. Husain, Mediator Konflik Papua, saat menjadi pembicara dalam Seminar Jusuf Kalla School of Government dengan Tema “Konflik Papua Dan Good Governance”, bertempat di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (15/11) pagi.

Seperti dikatakan Farid, penyelesaian di Papua bisa dilakukan dengan mencari bibit/akar masalah yang terjadi. “Problematika yang terjadi di Papua meliputi dua hal, aspek antropologis dan budaya. Masyarakat Papua adalah masyarakat yang terbagi ke dalam 250 suku, yang otonom, tidak tunduk satu sama lain,” paparnya.

Dalam menangani konflik Papua, menurut Farid, harus menyentuh empat permasalahan besar. Permasalah tersebut adalah masalah marjinalisasi dan diskriminasi, kegagalan pembangunan, sejarah dan status politik, serta kekerasan negara dan pelanggaran HAM. “Konflik akan rawan terjadi bila ada persoalan sosial, ekonomi, dan politik. Isu yang terjadi sekarang ini adalah isu upah di Freeport, kongres rakyat di Papua, dan pembunuhan Kapolsek muda,” tegasnya.

Sementara pembahas lain yang dihadirkan, Yosin Kogoya, memaparkan bagaimana kesejahteraan belum dirasakan oleh masyarakat Papua. “Ketidakmerataan ada pada hampir semua aspek, mulai pendidikan, ekonomi, keadilan, sampai kesehatan. Sarana dan pra sarana ada, namun tenaganya tidak ada. Obat-obatan pun tidak berkualitas, benar-benar seadanya. Bahkan, obat kadaluwarsa masih beredar di pasaran,” terang mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan UMY asal Papua ini.

Sampai saat ini, menurutnya, masyarakat Papua masih sangat mengharapkan adanya mediasi antara pemerintah dengan rakyat Papua. Pemerintah, dalam hal ini presiden, diharapkan bisa mendengarkan aspirasi masyarakat Papua secara langsung. 

Jaga Kebersihan Diri dan Makanan, Cegah Hepatitis A  

Posted by: Intan Lingga in


Hepatitis A, bukanlah penyakit yang berpotensi menjadi kronis. Jika seseorang terinfeksi virus Hepatitis A, sebenarnya bisa disembuhkan total dengan beristirahat dan menjalankan pola hidup sehat. Hepatitis A adalah penyakit infeksi hati (hepar) oleh virus yang disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat.  Makan makanan yang tidak higienis, tidak mencuci tangan sebelum makan, dan kebersihan lingkungan yang kurang terjaga, bisa menyebabkan seseorang terkena penyakit ini.

Hal ini disampaikan oleh dr. Agus Widyatmoko, Sp.PD, M.Sc., Dosen Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY), pada diskusi terbatas mengenai Hepatitis A, Senin (14/11) pagi bertempat di Kampus Terpadu UMY.

Agus menjelaskan, virus Hepatitis A adalah virus yang ditularkan lewat mulut (oral) dan bisa ditularkan kembali melalui kotoran si penderita, dengan masa inkubasi (berkembang biak) antara 7-14 hari. “Virus hepatitis bermacam-macam dan ditularkan dengan cara yang bermacam-macam pula. Khusus untuk virus Hepatitis A, penularan seringkali terjadi melalui makanan. Biasanya, berkaitan dengan sanitasi yang rendah. Bisa jadi, saat memasak tidak cuci tangan, lalu proses memasaknya kurang sempurna. Pada masa inkubasi, biasanya virus sudah berada di saluran pencernaan, sehingga ketika seseorang yang terinfeksi itu mengeluarkan kotoran, maka kotorannya itu bisa langsung menularkan virus ini,” jelasnya.

Gejala awal terjangkit virus ini, hampir sama dengan gejala terkena virus yang lain. Tanda-tanda yang muncul antara lain demam, badan lemah, mirip seperti gejala flu. Namun Agus menegaskan, pada masa inkubasinya, akan muncul tanda-tanda khusus yang harus segera ditindak lanjuti. “Setelah beberapa hari, penderita akan menguning (berwarna kuning). Tubuh dan mata akan menguning. Jika demikian, segera ke dokter untuk memastikan apakah virus yang menginfeksi adalah hepatitis A. Karena, infeksi hati bisa jadi disebabkan oleh hal lain seperti alkohol, efek obat, dan lain sebagainya. Setelah dipastikan terjangkit hepatitis A, segera beristirahat total, makan dan minum yang sehat dan cukup, maka akan berangsur sehat kembali,” tambahnya. 

Demokrasi Seharusnya Merujuk Pada Pancasila  

Posted by: Intan Lingga in


Demokrasi yang kini terjadi di Indonesia cenderung tanpa batas dan kurang rasa tanggung jawab. Perpecahan dan konflik antar suku, konflik antara masyarakat dengan pemerintah acap kali terjadi. Hal ini merupakan penyimpangan karakter atas nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa.  Seharusnya, asas demokrasi harus kembali pada sila Ke-4 Pancasila, yang menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Dyah Mutiarin, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IP UMY), setelah acara Seminar “Sosialisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar NKRI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika” pada Sabtu (12/11) pagi. Acara ini diselenggarakan oleh Jusuf Kalla School of Government (Magister Ilmu pemerintahan UMY) bertempat di Kampus Terpadu UMY dengan menghadirkan Drs. Afnan Hadi Kusumo, Anggota DPD RI, sebagai pembicara.

Dyah menambahkan, saat ini, penting sekali bagi bangsa Indonesia untuk menanamkan falsafah Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. “Kita harus kembali kepada Pancasila, agar bisa membentuk kesamaan dalam menyikapi perbedaan. Indonesia adalah bangsa yang beraneka ragam, baik dari suku, budaya, agama, maupun yang lain, sehingga kebesaran hati untuk saling menghargai harus terus dipupuk,” terangnya.

Sementara Drs. Afnan Hadi Kusumo, mengajak orang Indonesia untuk kembali pada ke-Indonesiaan. “Saat ini, krisis politik memunculkan kriminal politik. Berkembangnya mentalitas para elit pemerintah dan sebagian warga yang dangkal, memunculkan orang-orang yang kurang visioner. Sehingga semangat kebhinekaan dan persatuan ke-Indonesiaan dikalahkan oleh ideologi yang sempit tentang keagamaan dan kedaerahan. Beragama tapi berada dalam ‘kemalasan beragama’, tidak menyeimbangkan kesalehan individual dan sosial,” ungkapnya.

Dalam Hal Penegakkan Hukum, Indonesia Patut Meneladani Jepang  

Posted by: Intan Lingga in

11 November 2011
Dalam hal penegakkan hukum, Indonesia patut  mencontoh Jepang. Meskipun berbentuk monarkhi, Jepang justru lebih demokratis. Pemerintah Jepang memiliki Undang-Undang Anti Monopoli yang diterapkan dengan baik di masyarakatnya. Dengan diterapkannya Undang-Undang Anti Monopoli, masyarakat Jepang benar-benar terlindung dari konglomerasi pihak-pihak tertentu. Sebenarnya, Indonesia juga memiliki Undang-Undang tersebut, hanya saja belum diterapkan dengan baik. 

Yordan Gunawan, Direktur International Program For Law & Sharia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IPOLS UMY), menyampaikan hal tersebut setelah acara Seminar “Law and Development in Japan” Kamis (10/11) sore bertempat  di Kampus Terpadu UMY. Dalam acara ini dihadirkan Prof. Shimada Yuzuru, dari Graduate School of International Development Nagoya University, Jepang. 

Menurut Yordan, pemerintah  Jepang benar-benar mendukung sistem hukumnya ditegakkan dengan baik. “Negara menjamin tidak ada konglomerasi, sehingga masyarakatnya tidak terpikirkan untuk melakukan korupsi. Undang-Undang Anti Monopoli sangat penting ditegakkan untuk mencegah kemiskinan dan ketidakmerataan dalam berbagai hal,” ungkapnya.  Jepang yang banyak diwarnai oleh tata hukum Eropa, Jerman khususnya, pernah terkena imbas globalisasi ekonomi, namun pemerintah Jepang dengan sigap melakukan reformasi Yudisial, dengan memperbanyak jumlah advokat dan partisipasi masyarakat untuk peradilan yang lebih baik.

Sementara Prof. Shimada, menjelaskan bagaimana Jepang dengan tata hukum dan sejarahnya. Shimada menjelaskan bagaimana Jepang melakukan pendekatan hukum secara empiris, aplikatif, dan orientasi kebijakan. Pada tahun 1953, Jepang mulai memperbolehkan aktifitas-aktifitas bisnis masyarakatnya, namun dengan kontrol yang ketat dari pemerintah. 

Diharapkan, mahasiswa IPOLS UMY akan mendapatkan pengetahuan mengenai sistem hukum di negara lain, seperti Jepang yang jauh berbeda dibandingkan dengan sistem hukum di Indonesia.

UMY Gagas Program Televisi Sarat Edukasi  

Posted by: Intan Lingga in

9 November 2011


Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (JIK UMY) berencana memproduksi tayangan sarat edukasi. Hal ini dilakukan dengan memberdayakan mahasiswa JIK UMY yang dalam waktu dekat akan magang di PT. Reksa Birama Media (RBTV). Dengan tenaga yang muda dan kreatif, diharapkan JIK UMY akan dapat membuat program yang berbeda dan mengedukasi masyarakat.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UMY, Aswad Ishak, M.Si, setelah acara penandatanganan MoU (memorandum of understanding) antara JIK UMY dengan RBTV, Rabu (9/11) bertempat di Ruang Sidang Fisipol, Kampus Terpadu UMY. Acara ini dihadiri oleh Direktur PT. Reksa Birama Media, Wahyu Sudarmawan M.Si, beserta jajarannya. 

Aswad menambahkan, dengan mengirimkan mahasiswa untuk magang di RBTV, mahasiswa akan lebih siap untuk terjun di dunia kerja. “Mahasiswa akan mempelajari kompetensi sesungguhnya di dunia kerja, khususnya terkait dunia broadcasting. Lebih dari itu, diharapkan JIK UMY nantinya dapat memberikan kontribusi dengan membuat tayangan yang berkualitas dan sarat edukasi bagi masyarakat,” ujarnya. 

Senada dengan Aswad, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol UMY), Dr. H. Ahmad Nurmandi, M.Sc, mengaku berharap kerja sama ini akan bermanfaat bagi semua pihak. “Dengan bekerja sama, JIK UMY dan RBTV seharusnya dapat memproduksi tayangan yang inovatif, yang tidak terpikirkan oleh media lain, dengan memberdayakan tenaga muda yang kreatif dan inovatif,” ungkapnya.


Tingkatkan Kompetensi, UMY Kunjungi National University of Singapore  

Posted by: Intan Lingga in


Demi meningkatkan kompetensi, delapan orang pengajar Jusuf Kalla School of Government Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (JKSG UMY) mengikuti seminar bulanan di Lee Kuan Yew School of Public Policy (LYK SPP) National University of Singapore selama dua hari, pada tanggal 9 dan 10 November 2011. Tim dari JKSG UMY akan menjadi peserta seminar bulanan LKY SPP sekaligus bertemu dengan pengurus lembaga tersebut untuk mempelajari banyak hal terkait manajemen lembaga yang menggunakan nama “Tokoh Nasional” seperti Jusuf Kalla.  

Hal tersebut disampaikan oleh Tunjung Sulaksono, S.IP, MA, staf pengajar JKSG, sebelum keberangkatannya beserta tim, Selasa (8/9) siang saat ditemui di Kantor Humas UMY. 

 Menurut Tunjung, ada banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran di lembaga LKY SPP. “Mereka punya Lee Kuan Yew School of Public Policy dan UMY punya Jusuf Kalla School of Government. Lee Kuan Yew merupakan figur yang sangat berpengaruh di Singapura, seperti juga Jusuf Kalla yang pernah mewarnai politik pemerintahan dan kebijakan nasional Indonesia. Dengan mengikuti seminar dan mengadakan kunjungan, maka tim UMY dapat belajar bagaimana mengelola lembaga yang menggunakan nama orang besar, seperti halnya LKY SPP,” ujarnya.

Tunjung menambahkan, sepulang dari kunjungan tim UMY dapat segera menerapkan ilmu yang didapatkan dari LKY SPP. “LKY SPP telah berhasil mengadakan seminar bulanan rutin dengan mengangkat isu-isu terkini. Harapannya, JKSG juga bisa melakukan hal yang sama. JKSG harus bisa menjadi lembaga yang bisa mengangkat isu nasional berdasarkan pada riset dan penelitian. Nantinya, ide-ide yang muncul terkait persoalan nasional bisa menjadi agenda nasional,” tambahnya. 

Tema seminar yang diikuti adalah “The Current Financial Crisis” dengan pembicara dari US President’s Economic Recovery Advisory Board. Ketujuh orang lain dari tim UMY adalah Dr. Zuli Qodir, Atik Septiwinarsih, M.Si, Awang Darumurti, S.IP, M.Si, Dyah Mutiarin, Ph.D, Dr. Suranto, M.Pol,  Erni Zuhriyati, S.IP, M.Si, dan Dr. Ulung Pribadi. 





Mahasiswa UMY Juara 1 Lomba Pengayaan Buku Nasional  

Posted by: Intan Lingga in

Mohammad Nurul Kamil, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (JIK UMY), meraih juara satu Lomba Pengayaan Buku Nasional Kementrian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nasional (Kemendiknas) 2011.

Juara pertama se-Indonesia resmi disandangnya setelah turun Surat Keputusan (SK) dari Kemendiknas dengan nomor 7012/G3/LL/2011 akhir Oktober lalu. Mahasiswa angkatan 2011 ini memenangkan lomba dengan tulisanya yang berjudul “Tikungan Tak Bernama”. Tema besar dari kategori yang diikuti Nurul sendiri adalah “Membangun Bangsa Yang Islami dan Mempertinggi Kualitas”. yang merupakan buku dengan kategori pembaca siswa Sekolah Menengah Pertama.

Menurutnya, isi buku yang dia tulis adalah kisah pribadi, yang dituliskan ke dalam tiga segmen besar, yakni motivasi, kenangan pada orang yang berkesan, dan percintaan remaja. “Yang saya tulis adalah tentang motivasi hidup, cerita tentang sosok kakek saya, dan pengalaman unik kisah cinta remaja Islami,” tuturnya. Nurul mengaku bangga karena mampu menyisihkan 1.127 peserta yang lain.

Nurul mengaku, apa yang dia dapatkan dengan menjuarai ajang ini benar-benar menambah pengalamannya. “Pada tanggal 18-22 Oktober saya diundang ke Jakarta, untuk wawancara orisinalitas dari karya yang dikirimkan. Di sanalah saya banyak mendapatkan pengalaman dan pembelajaran tentang dunia tulis-menulis,” tambahnya. Nurul pun berharap, semakin ke depan dirinya akan semakin termotivasi untuk menulis dan bisa menjadi penulis andal.


Kepemimpinan JK Masih Ideal  

Posted by: Intan Lingga in

Dewasa ini, pemerintah terkesan lambat dalam menyelesaikan masalah. Banyak permasalahan yang berlarut-larut dan terkesan dibiarkan. Indonesia butuh pemimpin yang cepat, sigap, dan mengambil keputusan dengan cepat. Kepemimpinan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat ini, dianggap ideal dan efektif untuk memecahkan berbagai masalah krusial di Indonesia.

Seperti disampaikan Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc dalam Seminar Jusuf Kalla School of Government Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (JKSG UMY) yang bertema “Towards Effective Governance” bertempat di Kampus Terpadu UMY, Kamis (3/11) siang. “Kita butuh pemimpin yang siap mengambi resiko dan memikirkan kepentingan rakyat dan hal ini ada pada diri Jusuf Kalla,” ujarnya.

Dalam seminar ini, sebanyak tiga orang mahasiswa Pasca Sarjana Magister Ilmu Pemerintahan UMY mempresentasikan hasil bedah Buku Jusuf Kalla. Salah satu buku yang dibedah adalah “Mereka Bicara JK” oleh Syarifuddin Usman, S.IP. Syarifudin membaca JK dari gaya kepemimpinan dan sisi kemanusiaan yang begitu kentara pada diri JK. Buku lain yang juga dibedah berjudul “Pikiran-Pikiran Praktis M. Jusuf Kalla : Mengurai Benang Kusut” oleh Nu’man Iskandar, S.IP dan “Jusuf Kalla Membangun Kesejahteraan” oleh Tri Endah, S.IP. Pembahas yang dihadirkan yakni Drs. Gembong Priyono, Komisaris Jasa Marga dan Drs. M. Abduh, MA, Komisaris PT BUKAKA, keduanya merupakan Board of Trustee JKSG dengan dimoderatori oleh Drs. Inu Kencana Syafi’ie, M.Si. Hasil bedah buku nantinya akan dibuat monograf dana akan dipublikasikan dalam bentuk buku.

Disampaikan Ahmad, diskusi ini diharapkan akan dapat menjadi sebuah inisiasi bagaimana seharusnya pemimpin yang ideal. “Belajar dari pengalaman saat JK menjadi wapres, banyak hal dari JK yang memang patut dicontoh para pemimpin. JK termasuk orang yang tegas, menghindari birokrasi yang berbelit, serta baik kepemimpinannnya,” jelas Ahmad.

Release :



Petuah di Saat Lelah  

Posted by: Intan Lingga in


Saya merasa ditampar. Satu Badan. Ketika kemarin sore, seorang moderator diskusi menawarkan diri membacakan doa karena dalam diskusi itu memang tidak disiapkan pembaca doa. 

“Ya Allah, kami di sini, berada dalam gedung kampus kami tercinta. Kampus Islam yang kami namai Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kami mengaku Islam, tapi kami belum Islami. Masih berpakaian ketat, masih merokok di pinggiran jalan, masih sering berbuat dosa.
Ya Allah, kami butuh pemimpin. Pemimpin yang berani mengambil resiko demi rakyatnya. Pemimpin yang menangis melihat rakyatnya menderita. Pemimpin yang marah melihat rakyatnya dibodohi. Dan pemimpin yang berlinangan air mata saat bersimpuh di malam hari..”

Doanya masih panjang, tapi kira-kira dua paragraf itulah yang paling saya ingat. Dan setelah selesai membaca Al-Fatihah di akhir doa, segera saya menatap moderator itu. Saya sudah menduga, matanya merah dan hidungnya terlihat basah. Cukup jelas dari tempat saya berdiri, tepat lurus di depannya dengan jarak sekitar 15 meter. 

Untuk keperluan berita, saya wawancarai dia. Setelah mendengar jelas, ternyata namanya Inu Kencana Syafi’i. Pribadinya benar-benar hangat. Seketika kami seperti teman lama yang baru bertemu. Hanya saja, yang diceritakannya sama sekali tidak bisa dibuat rilis ;) tapi lebih dari itu, yang dikatakannya adalah sebuah petuah hidup. 

Yang sangat menyentuh adalah saat dia menatap mata saya dan bilang, “Islam itu Indah! Islam itu pilihan yang paling Indah! Terorisme itu bukan Islam!”. Lalu dengan tegas dia menunggu respon saya atas kata-kata itu. Lalu dia bilang, “di tengah perjalanan hidup saya, saya MEMILIH Islam”. Artinya? Silahkan disimpulkan sendiri..off the record soalnya ;) hehehe. 

Dia ceritakan pada saya bagaimana dia juga memberlakukan hal itu pada istrinya. “Kalau tidak serius, tidak perlu Islam”. Seketika dia memberi saya Buku, Buku karangannya berjudul Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia (Refika Aditama, Bandung – 2003). Buku itu dikeluarkannya dari tas kopernya. Tidak bersampul, tidak baru. Bukunya sudah lusuh, dan kecoklatan. Tapi entahlah, saya senang sekali! Saya bilang, “Pak, TANDA TANGANNYA mana?” *maklumYa,mahasiswa* 

Karena sibuk dengan mengetik BAB 1 skripsi yang kemarin LBMnya direvisi habis-habisan sama dosen pembimbing, buku itu belum saya sentuh. Tapi sudah ada di sebelah kasur. *tanda kalo buku harus di baca* hehehehe.

..................

Siang ini, sedikit iseng karena tidak ada liputan, saya ketik namanya di google. Inu Kencana Syafi’i. Dan muncul di wikipedia dengan judul buku karangannya  :   

* Al-Quran, Sumber Segala Disiplin Ilmu (Gema Insani Press, Jakarta – 1991)
    * Pengantar Ilmu Pemerintahan (Eresco, Bandung – 1992)
    * Etika Pemerintahan (Rineka Cipta, Jakarta – 1993)
    * Sistem Pemerintahan Indonesia (Rineka Cipta, Jakarta – 1994)
    * Filsafat Kehidupan (Bumi Aksara, Jakarta – 1995)
    * Ilmu Pemerintahan dan Al-Quran (Bumi Aksara, Jakarta – 1995)
    * Hukum Tata Negara (Pustaka Jaya, Jakarta – 1995)
    * Ilmu Pemerintahan (Mandar Maju, Bandung – 1996)
    * Al-Quran dan Ilmu Politik (1997)
    * Al-Quran dan Ilmu Administrasi (1997)
    * Ilmu Administrasi Publik (1998)
    * Logika, Etika, dan Estetika Islam (Pertja, Jakarta – 1999)
    * Ekologi Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
    * Analisa Politik Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
    * Manajemen Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
    * Filsafat Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
    * SANRI (Bumi Aksara, Jakarta – 2003)
    * Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia (Refika Aditama, Bandung – 2003)
    * Birokrasi Pemerintahan Indonesia (Mandar Maju, Bandung – 2003)
    * Pengantar Filsafat (2005)
    * Filsafat Politik (2005)
    * Ensiklopedia Pemerintahan (2005)
    * IPDN Undercover (Progessio Syaamil, Bandung – 2007)

Satu kali lagi saya tertampar. Pemilih Islam di tengah jalan, ternyata mengawali karir menulisnya dengan Buku berjudul “Al-Quran, Sumber Segala Disiplin Ilmu”. Saya baru sadar, kenapa sepanjang sore kemarin saya heran dengan Pak Inu yang selalu saja mengaitkan pembicaraan tentang kepemimpinan dengan model kepemimpinan Rasul dan kenapa beliau selalu menanggapi kata-kata Mantan Sekretaris JK dengan ayat Al Qur’an. Dan terakhir, menjawab pertanyaan saya kenapa ada moderator yang dengan centil menawarkan diri menjadi pembaca doa di akhir acara. ;)

Setelah melihat dan kagum dengan profilnya yang muncul ke Media sebagai “pembongkar kebusukan” salah satu Institusi Pendidikan Pemerintah, saya menghabiskan waktu dengan googling kisah 25 Nabi dan Rasul, juga mulai menata otak saya dengan inspirasi dari Pak Inu. Tokoh hebat dengan handphone hitam putihnya, tokoh hebat yang ngotot bicara saat diancam akan dibunuh, dan tokoh hebat yang bersedia memberi ceramah pada saya kemarin sore. Semoga sedikit demi sedikit, saya bisa belajar Islami. Dan semoga menjadi Inspirasi ;)

__Intanian__
BHP UMY, 4 November 2011
                                                       

Pemilu Belum Memenuhi Harapan Masyarakat  

Posted by: Intan Lingga in



Pemilu (Pemilihan Umum) dinilai hanya memenuhi sebagian harapan masyarakat. Masyarakat merasa, pemilu tidak membawa perubahan kualitas hidup. Hal itu terjadi karena selama ini sosialisasi dalam pemilihan umum lebih banyak dilakukan oleh partai politik dan calon legislatif yang ingin menjaring suara. Hal ini menyebabkan netralitas pemilih menjadi tidak terjaga.

Awang Darumurti, S.IP, M.Si, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyampaikan hal tersebut pada acara “Semiloka Partisipasi pemilih dalam Pemilu dan Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul” Selasa (1/11) bertempat di Kampus Terpadu UMY. Acara ini dibuka dengan peluncuran desain website KPU Bantul yang baru di www.kpu.bantulkab.go.id

Menurut Awang, penelitiannya yang berjudul “Riset Perilaku Pemilih di Bantul Pada Pemilu Legislatif 2009” sampai pada kesimpulan bahwa harus ada perbaikan di dua elemen besar yakni Partai Politik dan KPU. “Partai politik harus berusaha memperbaiki kualitas calegnya (calon legislatif), sehingga caleg yang diusung memang calon yang handal dan mampu memenuhi harapan masyarakat. Sementara KPU, dalam hal sosialisasi masih perlu lebih gencar lagi. Sehingga bisa benar-benar menjalankan tugasnya sebagai lembaga yang mensosialisasikan pemilu. Kalau tidak, mungkin di pemilu selanjutnya akan semakin banyak masyarakat yang memilih untuk golput, ” terangnya.

Masih menurut  Awang  kedua lembaga baik KPU maupun partai politik harus sama-sama membenahi diri untuk meningkatkan kualitas Pemilu. Sebanyak 38,52% dari 405 responden mengaku mendapatkan informasi Pemilu dari tokoh masyarakat bukan KPU yang memiliki tanggungjawab utama melakukan sosialisasi. Kondisi ini menyebabkan masyarakat memahami Pemilu dari persepsi partai politik yang dominan unsur kampanyenya dari pada pendidikan politiknya. Di sisi lain sebanyak 36,05% responden menghendaki perbaikan partai politik dan calon anggota legislatifnya. Sementara perbaikan DPT dan sosialisasi oleh KPU disarankan oleh 12,64% responden. Penelitian partisipasi pemilih dan kinerja KPU Bantul dalam Pemilu/Pemilukada ini dilaksanakan selama sebulan dengan mengambil 405 responden dari 17 kecamatan dengan usia, pendidikan dan jenis pekerjaan yang bervariasi. Memiliki asumsi margin error sebanyak 5% dari 712 ribu pemilih, penelitian ini menggunakan metodologi  survey dengan purposive random sampling dan dilakukan analisasi frekuensi, crosstabulation dan korelasi.
Sementara nara sumber yang lain, Tunjung Sulaksono, S.IP, M.Si, memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Kinerja Organisasi KPU Kabupaten Bantul Dalam Penyelenggaraan Pemilu (2009) dan Pemilukada (2010). Tunjung menyoroti kinerja KPU karena sejauh ini kecenderungan masyarakat terhadap KPU lebih kepada kritik. Dari hasil penelitiannya, didapatkan data bahwa kinerja KPUD Kabupaten Bantul cenderung baik. “Kecenderungan masyarakat terhadap KPU Daerah Bantul ternyata tidak sama dengan kecenderungan terhadap KPU Nasional. Namun ada beberapa poin kritis yang perlu dicermati, antara lain masalah kampanye, logistik, dan pendaftaran, yang merupakan tiga poin terlemah. Hal tersebut semoga semakin memotivasi KPUD Bantul untuk terus meningkatkan kinerjanya,” ungkapnya.
Dari sisi yang lain, Ketua KPUD Bantul, Budhi Wiryawan, mengungkapkan apresiasinya atas hasil penelitian yang sudah dilakukan. Menurutnya, hasil penelitian yang ada akan menjadi bahan evaluasi agar KPUD Bantul semakin baik. “Evaluasi ini akan dijadikan pola ke depan untuk melakukan perbaikan. KPUD Bantul ingin menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lain di bidang transparansi dan akuntabilitas, baik untuk lembaga legislatif, lembaga presiden, lembaga pemerintah, Perguruan Tinggi ataupun partai politik,” ujarnya.


Release :