Film Indie, Angkat Realitas Masyarakat  

Posted by: Intan Lingga in

Gagasan untuk mengangkat nasionalisme dalam sebuah film pendek ternyata mampu mengantarkan sebuah film ‘bermodal’ murah menjadi finalis dalam festival film. Selama ini film yang beredar di industri perfilman Indonesia kebanyakan hanya bertema cinta, padahal sebenarnya Indonesia kaya dengan banyak realitas seperti multikulturalisme, budaya, maupun kasus-kasus sosial yang bisa diangkat dalam sebuah film. Sekarang ini, sudah seharusnya para sineas (pembuat film) bisa melihat banyak realitas di masyarakat, lalu mengangkatnya sebagai sebuah film. Sehingga bisa mendinamisasi dunia perfilman di Indonesia, khususnya Film Indie.

Hal tersebut diungkapkan Arif Kurniar Rakhman di sela-sela acara “Road Film” Finalis Festival Film TVRI Kamis (22/9) siang di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Acara Road Film ini merupakan kerja sama DINI Media Pro, Get Picture, dan CIKO (Cinema Komunikasi) UMY.

Acara ini merupakan acara screening film dan diskusi tentang film. Dua film pendek yang diputar berjudul “Sepatu Untuk Kakek” produksi Dini Media Pro dan “Kain Bendera” produksi Get Picture, sedangkan CIKO sendiri merupakan komunitas Film UMY yang pada kesempatan ini digandeng untuk penyelenggara di UMY.

“Sepatu Untuk Kakek” ,yang disutradarai oleh Bambang C. Irawan, mengisahkan tentang kehidupan seorang pensiunan anggota TNI yang pada masa tuanya justru hidup sangat sederhana. Yang menjadi kebanggaan hanya sepatu semasa perjuangannya. Sedangkan film kedua yang bertajuk “Kain Bendera” mengisahkan tentang wanita Tionghoa yang menjadi korban woman trafficking (perdagangan wanita) lalu gila, namun dalam kegilaannya dia selalu menggambar bendera Indonesia. Film kedua ini terinspirasi dari kerusuhan di Solo pada tahun 1998.

Diskusi yang digelar setelah pemutaran film berlangsung menghadirkan nara sumber dari DINI Media Pro dan Get Picture. Nara sumber yang dihadirkan membahas tentang seputar film yang diputar, baik ide maupun proses penggarapannya.

Salah satu pembicara dari DINI Media Pro, Taufik Ridwan, keinginannya untuk terus bisa memproduksi film-film bertema nasionalisme dan mengajak CIKO untuk terus berkarya. “Harapan saya, teman-teman CIKO bisa membuat film bagus, minimal tiga bulan sekali. Yang penting adalah menang lomba. Itu merupakan sebuah kebanggan,” ungkap Taufik.

Sedangkan Wisnu Agung Febriana, ketua panitia acara, mengungkapkan apresiasinya atas terlaksananya acara ini. “Saya senang acara ini bisa diadakan di UMY, acara roadshow film ini merupakan bentuk apresiasi terhadap sebuah karya film, khususnya film indie. Harapannya, semoga acara-acara pemutaran film seperti ini akan lebih sering digelar,” ujarnya antusias.

Kita Rindu Nasionalisme.  

Posted by: Intan Lingga in


Kita rindu nasionalisme. 
Merasakan keutuhan sebagai manusia yang saling membutuhkan.
Kita mendamba melakukan sesuatu.
Hati kita teriris saat melihat orang lain susah.
Tapi apa daya, ternyata teriakan uang lebih lantang terdengar, ketimbang bisikan nurani yang letaknya jauh di dalam hati.
Tertutup suara-suara kepentingan, persis seperti di dalam pasar saja.

Ya..Pasar!
Di pasar, sendal jepit lusuh pun bisa laku, saat ada orang butuh sandal tapi tidak punya uang.
Di pasar, ayam bisa disuntik sebelum disembelih agar menjadi gemuk sesaat, demi timbangan yang lebih berat dari yang seharusnya.
Kurma disuntik dengan air gula, agar terlihat mengkilat dan rasanya lebih manis. Sepertinya penampilan seperti itu lebih menarik untuk dibeli.
Di pasar, apapun bisa dilakukan.
Apapun bisa dibeli.
Dan siapapun bisa membeli, saat dia punya uang.
Dan di depan mataku, pasar yang seharusnya berisi sembako dan kebutuhan hidup orang itu berubah menjadi pasar di mana segala milik manusia bisa dibeli dengan uang.
Satu orang ‘berduit’ bisa membayar seratus orang untuk berbohong.
Semua bisa dibeli.
Negara kita sudah selayaknya toserba yang sangat lengkap.
Ijasah bisa dibeli. Ide bisa dibeli. Pendidikan bisa dibeli. Status sosial bisa dibeli. Wanita bisa dibeli. Masa depan bisa dibeli. Kejujuran bisa dibeli. Kebohongan pun tak mau kalah laku.

Kita rindu nasionalisme!
Itulah kenapa film bertema kepahlawanan selalu membuat kita terharu mengenang masa lalu. Masa-masa perjuangan. Perjuangan untuk Negara. Perjuangan untuk Agama. Perjuangan untuk Cita-Cita. Dan bahkan, perjuangan untuk Menjadi Diri sendiri.

Itulah sebabnya lagu tentang Guru Oemar Bakri yang bersepeda ketika bekerja selalu menjadi legenda. Itulah sebabnya Lagu tentang Nusantara menjadi rasa bangga.
Kita rindu nasionalisme!
Maka, benarlah jika kita butuh untuk bersatu. Bersatu dalam kebaikan, jauh di atas kepentingan nafsu. 

Kita pernah berjuang untuk merdeka, karena kita merasa kita bangsa yang bermartabat.
Lalu kemana perginya rasa bermartabat itu?
Apa membeli ijasah membuat seseorang jadi sarjana yang bermartabat?
Kita punya hati. 
Biarkan dia bicara, biarkan dia bicara jauh lebih lantang dari suara uang. Kita memang butuh uang. Tapi uang belum cukup sakti untuk membeli pertanggungjawaban kita pada orang tua, keluarga, Negara, dan agama.
Kita boleh kaya. Tapi kaya-lah dengan bermartabat. 

Mengakulah. Beranilah. Katakan yang paling kita yakini.
Jangan biarkan nasionalisme itu terkurung di dalam hati, dan meminta untuk disuntik mati.

Yogyakarta, 23 September 2011 05.56am
__Intanian__

Dampak Nikah Siri, Perempuan dan Anak Seringkali menjadi Korban  

Posted by: Intan Lingga in

http://www.umy.ac.id/dampak-nikah-siri-perempuan-dan-anak-seringkali-menjadi-korban.html
Fenomena perkawinan bawah tangan/kawin siri di kalangan masyarakat semakin menjadi tren, termasuk di kalangan mahasiswa. Niat awal menghindari ‘zina’, berbuntut panjang ketika hubungan tersebut tidak segera dicatatkan secara resmi menurut hukum di Indonesia. Hal ini akan semakin memprihatinkan bila ternyata hubungan ‘siri’ tersebut menghasilkan anak. Selain tidak sah secara hukum, anak tersebut akan kehilangan hubungan hukum terhadap ayah. Akhirnya, banyak sekali perempuan dan anak kehilangan hak mereka seperti hak nafkah, warisan jika si ayah meninggal, serta isteri yang tidak akan mendapatkan harta gono-gini. 

Hal ini disampaikan oleh Anne Permatasari, MA., dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, selaku Ketua Pusat Studi Wanita (PSW UMY). 

Atas dasar hal tersebut, PSW UMY bekerja sama dengan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah dan Forum Suara Lintas Perempuan Yogyakarta (SLPY) menyelenggarakan acara Pemutaran Film “Pernikahan Yang Tidak Tercatat” dan Diskusi “Pernikahan Yang Tidak Tercatat Tinjauan Agama dan Sosial”, bertempat di Kampus Terpadu UMY Rabu (21/9). Dalam acara ini dihadirkan Dr. Wawan Gunawan dari Majelis Tarjih PP Muhammadiyah dan Ifa Ariyani, S.Psi., Ketua Forum SLPY. 

Film yang diputar sebelum diskusi dimulai merupakan film dokumenter, menceritakan tentang bagaimana kehidupan pasangan nikah siri dengan segala kesulitan yang dialami akibat melakukan nikah siri. Film berdurasi kurang lebih 20 menit ini dibuat oleh Lembaga Pengembangan Perempuan dan Anak bekerja sama dengan SLPY. 

Dalam diskusi ini Ifa menjelaskan mengenai berbagai dampak negatif akibat kawin siri yang ternyata akan sangat dirasakan oleh pihak perempuan, dan juga anak apabila sudah terlahir anak dalam perkawinan. Isteri siri cenderung mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Anak hasil kawin siri akan sulit mendapatkan haknya, karena tidak jelas statusnya secara hukum negara. Sementara dalam perkembangan mental, anak hasil kawin siri akan mengalami tekanan mental. Cenderung merasa malu, sehingga perkembangannya pun menjadi tidak optimal.

Dari sisi yang lain, Wawan memaparkan bagaimana sebuah kawin siri dipandang dalam agama. Wawan menegaskan bahwa saat ini Majelis Tarjih bekerja sama dengan Aisyiah telah mengajukan draft Rancangan Undang-Undang Perkawinan. “Kami mengajukan satu pasal, ayat, bahwa pernikahan harus dicatatkan secara resmi,” ungkapnya. Menurut Wawan, ada sebuah kesalahan stigma pada masyarakat. Masyarakat seringkali membenarkan perbuatan nikah sirinya dengan dalih bahwa pada zaman Rasulullah saw pernikahan tidak dicatatkan. “Adalah tidak benar pada masa Rasul nikah tidak dicatatkan. Pencatatan pernikahan pada zaman Rasul memang bukan dengan ditulis, tapi dengan memori kolektif. Setiap ada pernikahan, akan diiklankan, sehingga banyak orang berdatangan dan mengingat peristiwa itu. Itulah cara pencatatannya. Karena bagaimana akan ditulis padahal zaman itu belum dikenal tulisan,” terang Wawan.

Sebagaimana halnya disampaikan Anne, perempuan yang melakukan kawin siri akan sulit untuk bersosialisasi karena masyarakat akan cenderung memiliki opini negatif. Sementara anak hasil kawin siri akan kehilangan banyak haknya. “Perempuan yang dinikahi secara siri mungkin akan dianggap perempuan simpanan, hal ini tentu saja akan sangat merugikan bagi perempuan. Belum lagi kalau anak tidak memiliki status yang sah secara hukum, ayahnya bisa dengan mudah tidak mengakuinya,” kata Anne yang mengaku sangat tidak setuju dengan kawin siri. 

Anne juga menambahkan bahwa ternyata banyak mahasiswi yang melakukan kawin siri akhirnya menanggung beban sendiri. “Yang mengkhawatirkan dari mahasiswa sekarang ini, mereka kadang melakukan kawin siri tanpa diketahui orang tua mereka karena jauhnya jarak antara Kota Yogya dengan asal mereka yang luar Jawa, misalnya. Ketika ternyata perkawinan itu menghasilkan anak, akhirnya mereka terjerumus kepada masalah yang berkepanjangan,” ungkap Anne.

Edited :
Pernikahan siri lebih banyak membawa dampak buruk bagi perempuan dan anak. Hal ini disebabkan ketika pernikahan di bawah tangan itu dilakukan kemudian menghasilkan anak. Selain tidak sah secara hukum, anak tersebut nantinya akan kehilangan hubungan hukum terhadap ayah. Sehingga tidak jarang perempuan dan anak kehilangan hak mereka seperti hak nafkah, warisan jika si ayah meninggal, serta isteri yang tidak akan mendapatkan harta gono-gini ketika bercerai.

Hal ini disampaikan oleh Anne Permatasari, MA., dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), selaku Ketua Pusat Studi Wanita (PSW UMY) di Kampus Terpadu UMY Rabu (21/9) dalam Diskusi “Pernikahan yang tidak Tercatat Tinjauan Agama dan Sosial” dan pemutaran film dokumenter “Pernikahan yang tidak Tercatat”  yang diselenggarakan PSW UMY bekerja sama dengan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah dan Forum Suara Lintas Perempuan Yogyakarta (SLPY).

Menurut Anne, perempuan yang melakukan nikah siri akan sulit untuk bersosialisasi karena masyarakat akan cenderung memiliki opini negatif. Sementara anak hasil nikah siri akan kehilangan banyak haknya. “Perempuan yang dinikahi secara siri mungkin akan dianggap perempuan simpanan, hal ini tentu saja akan sangat merugikan bagi perempuan. Belum lagi kalau anak tidak memiliki status yang sah secara hukum, ayahnya bisa dengan mudah tidak mengakuinya,” kata Anne.

Anne juga menambahkan bahwa ternyata banyak mahasiswi yang melakukan nikah siri akhirnya menanggung beban sendiri. “Yang mengkhawatirkan dari mahasiswa sekarang ini, mereka kadang melakukan kawin siri tanpa diketahui orang tua mereka karena jauhnya jarak antara Kota Yogya dengan asal mereka yang luar Jawa, misalnya. Ketika ternyata perkawinan itu menghasilkan anak, akhirnya mereka terjerumus kepada masalah yang berkepanjangan,” ungkap Anne.

Sementara itu dalam diskusi ini, Ketua Forum SLPY, Ifa Ariyani, S.Psi menjelaskan mengenai berbagai dampak negatif akibat kawin siri yang ternyata akan sangat dirasakan oleh pihak perempuan, dan juga anak apabila sudah terlahir anak dalam perkawinan. Isteri siri cenderung mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Anak hasil kawin siri akan sulit mendapatkan haknya, karena tidak jelas statusnya secara hukum negara. "Sementara dalam perkembangan mental, anak hasil kawin siri akan mengalami tekanan mental. Cenderung merasa malu, sehingga perkembangannya pun menjadi tidak optimal."ujar Ifa.

Dari sisi yang lain, Dr. Wawan Gunawan dari Majelis Tarjih PP Muhammadiyah memaparkan bagaimana sebuah kawin siri dipandang dalam agama. Wawan menegaskan bahwa saat ini Majelis Tarjih bekerja sama dengan Aisyiah telah mengajukan Rancangan Undang-Undang Perkawinan. “Kami mengajukan satu pasal, ayat, bahwa pernikahan harus dicatatkan secara resmi,” ungkap Wawan.

Menurut Wawan, ada sebuah kesalahan stigma pada masyarakat. Masyarakat seringkali membenarkan perbuatan nikah sirinya dengan dalih bahwa pada zaman Rasulullah SAW pernikahan tidak dicatatkan. “Adalah tidak benar pada masa Rasul nikah tidak dicatatkan. Pencatatan pernikahan pada zaman Rasul memang bukan dengan ditulis, tapi dengan memori kolektif. Setiap ada pernikahan, akan diiklankan atau diberitahukan melalui walimahan, sehingga banyak orang berdatangan dan mengingat peristiwa itu. Itulah cara pencatatannya. Karena bagaimana akan ditulis padahal zaman itu belum dikenal tulisan,” terang Wawan.

Sebelum diskusi dimulai, diadakan pemutaran film dokumenter yang menceritakan tentang bagaimana kehidupan pasangan nikah siri dengan segala kesulitan yang dialami akibat melakukan nikah siri. Film berdurasi kurang lebih 20 menit ini dibuat oleh Lembaga Pengembangan Perempuan dan Anak bekerja sama dengan SLPY.

Yogyakarta, 21 September 2011


Mengaku Bodoh Pada Melon  

Posted by: Intan Lingga in


Melon yang bulat itu membawaku mengagumi seseorang. Petani Melon. Lebih tepatnya, pengusaha Melon, karena beliau sebenarnya punya puluhan petani yang menggarap kebun melonnya. Dari 500m², dalam 5 tahun kebunnya menjadi sekitar 5000m². 

Dari beberapa baris di atas, sudah jelas beliau ini orang yang tekun dan pantang menyerah, ditambah hemat. Kalau pengusaha boros dan konsumtif, mungkin usahanya pun tidak akan membawa hasil yang mantap seperti Bapak di atas. Tapi ada satu hal menarik lain yang membuatku belajar. Beliau bilang kalau ada sebuah filosofi hidup yang harus selalu dipegang, “Kita jangan menentang alam”. 

Tahu kalau alamnya adalah alam tropis, dimulainya berkebun melon. Tentu saja, dengan jatuh bangun, laba rugi, tawa tangis, sedikit demi sedikit ilmu tentang melon pun beliau dapatkan seiring pengalaman. 

Ada satu penjelasan yang membuatku pada akhirnya mengaku bodoh pada sebuah Melon. Sampai pada usia tiga bulan dan jumlah daun tertentu (ditambah sudah berbunga), ujung pohon Melon dibuang tunas-tunas mudanya. Tentu saja, hampir mirip tumbuhan lain, hal itu dilakukan demi perkembangan buah yang bagus. Seberapa pun banyaknya bunga yang muncul di satu pohon, harus disisakan hanya DUA bunga saja. Sampai buahnya muncul dari bunga, harus dipilih yag paling bagus dan dimusnahkan satu (yang lain). Jadi hanya akan ada satu buah untuk satu pohon.

Tiba-tiba saja aku benar-benar memikirkan sesuatu, tepatnya.. “dibuang satu untuk memaksimalkan yang lain”. Dan pada akhirnya, si pemilik kebun pun tidak bisa rakus dan berharap satu pohon Melon yang merambat itu akan memberinya buah lebih dari satu. Tidak bisa, bila dia menginginkan melon itu berkembang maksimal. Tentu saja, kalau kita amati benar-benar, hal ini terjadi pada banyak hal. Dalam kehidupan kita : pilihan hidup, memilih kesempatan, bahkan memperjuangkan sebuah hal. Dan tidak bisa dipungkiri, mungkin inilah yang dilakukan pula oleh para pemimpin. 

Dalam hidup kita, mungkin akan ada banyak kesempatan yang datang. Bisa jadi, saat mencoba semua itu dengan serius, kita akan merasa kita orang yang berbakat dalam banyak hal, namun bisa juga sebaliknya : ternyata kita hanya berbakat dalam hal tertentu saja. Itulah gunanya mencoba banyak hal. Tapi negatifnya, tentu saja waktu kita lebih banyak terbuang daripada mereka yang sedari awal bertahan fokus pada satu hal saja. Karenanya orang bijak bilang, “Kita tidak mungkin belajar segala hal dengan waktu kita yang terbatas. Maka belajarlah dari orang lain. Terlebih untuk sebuah kesalahan”. 

Lalu pikiranku terbang pada korban kelaparan di Somalia. Pemberitaan di harian nasional berikut fotonya sempat membuatku meneteskan air mata saat membacanya. Demi mencari makanan, mereka harus berjalan jauh sekali menuju posko bantuan. Jaraknya harus ditempuh selama lima hari berjalan kaki. Dan bukan hal yang asing lagi, dalam perjalanan itu seorang Ibu terkadang harus “memilih” anaknya. Memilih untuk apa? UNTUK HIDUP. Diberitakan di sana banyak Ibu yang di tengah-tengah perjalanan harus memilih mana anaknya yang akan dia selamatkan. Satu Ibu di sana bisa berjalan kaki dengan membawa 4-5 orang anak yang kesemuanya tentu saja memiliki kondisi fisik yang berbeda. Saat ada yang sekarat di tengah jalan, sang Ibu terpaksa meninggalkannya demi kehidupan anak yang lainnya. Terbayangkan betapa ngerinya keadaan itu? Dan itu terjadi tidak hanya pada satu orang di sana. Tapi beberapa orang, banyak malah.

Tentu saja, aku tidak akan membahas peran pemerintah atau siapapun dalam fenomena di atas. Cukup baca di banyak media, kita akan dapat keterangan panjang dari sana.

Tapi hal yang aku ceritakan di atas membuatku berpikir sekaligus bersyukur. Pengusaha Melon dan Ibu di Somalia sama-sama melakukan sebuah keputusan memilih, walaupun tentu saja ujiannya jauh berbeda. Tapi kita bisa belajar dari sini. Bahwa ternyata sebuah bentuk ujian itu punya kesulitan yang bertingkat. Bapak Melon itu mungkin cukup meredam kemauan ‘rakus’nya demi melon berkualitas yang jauh lebih tinggi harganya di pasaran, sedangkan ibu di Somalia harus meredam ‘sakit’nya kehilangan anak karena terpaksa, demi kelangsungan anaknya yang lain, dan mungkin juga harus susah payah meredam kemarahannya pada Tuhan.
Ada kehidupan yang harus direlakan untuk sebuah kehidupan yang lain. Kehidupan yang mungkin lebih “mungkin”. Tapi bukan main-main, itu atas dasar pengetahuan. 

Mana bisa Bapak Melon memilih Melon yang lebih bagus kondisinya kalau beliau tidak tahu cirri-ciri Melon yang bagus? Itu karena beliau belajar. Dan seorang Ibu pun harus bisa membedakan mana anaknya yang sekarat dan lebih sekarat, demi mencari peluang hidup di antara anak-anak terkasihnya. (Astaga! Peluang hidup..? baru nyadar kalo pake kata peluang hidup…aku jauh-jauh berkata “Bangun Indonesia!” tapi di ujung bumi ini masih ada yang untuk hidup saja harus mencari peluang. Semoga kondisinya cepat membaik, amin.)

Hampir saja mengakhiri tulisan, tiba-tiba pikiran ini melayang ke acara akbar Minggu depan bagi masyarakat Yogya. “Pemilukada 2011”. Yah, aku tersadar, program berbeda dari masing-masing calon juga mungkin melalui tahap memilih tadi. Menyelamatkan yang lebih mungkin diselamatkan. Dan pada akhirnya, “yang diselamatkan” tadi akan merujuk pada pengetahuan para calon pemimpin itu. Mau pilih kemiskinan, kebudayaan, kesejahteraan, ketradisionalan, wanita, rakyat kecil, atau apapun itu, mungkin adalah hasil dari proses menimbang “mana yang lebih mungkin diselamatkan” di tengah-tengah pilihan sulit di negeri ini. Satu dibela, yang lain demo. Yang itu dibela, yang ini demo. Tapi yang jelas, semoga dasar pengetahuan yang dirujuk para calon pemimpin itu benar-benar akan dilakukan dan terasa manfaatnya. Sepakat kalau itu =)

Teringat kata seseorang yang baru saja kutemui beberapa hari lagi. “Kalau ga mau milih, seseorang ga berhak mengkritik. Karena sebenarnya dia ga mendukung apa-apa”. (SUMPAH ya, ini bukan kampanye Anti Golput! Hehe,). Sayangnya, KTP-ku bukan KTP Jogja. Aku ga bias milih besok.. walaupun aku ingin sekali memberi kontribusi. Aku berharap akan ada banyak pemuda yang peduli masa depan bangsanya. =)

Akhirnya.., *ngantuk. =)
Tapi semoga kita bisa sama-sama belajar. Meredam Egoisme, bertanggung jawab dengan besar hati segala resiko atas pertimbangan yang matang, lalu bersyukur. Bersyukur karena hidup kita selalu banyak pilihan =) Artinya kita masih dipercaya untuk memilih, memutuskan, dan melakukan hal-hal baik untuk diri kita. Dan terlebih lagi, untuk orang-orang di sekitar kita.

Dan setelah mengaku bodoh pada melon, mungkin besok-besok aku akan mengaku bodoh pada buah yang lain =)
Ada ide..?? ;D

Jogonalan Lor, 3:51 am.
Rabu, 21 September 2011 __Intanian__


 

Posted by: Intan Lingga in



07 September 2011

Mahasiswa Baru (Maba) perlu diberikan kegiatan yang positif dan membangun sehingga mereka akan menjadi semakin nyaman dengan lingkungan kampus dan tertarik untuk ikut serta di dalamnya. Kegiatan tersebut misalnya pengenalan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di kampus.

Oleh karena itu pada masa ta’aruf (mataf) para mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) akan diberikan berbagai kegiatan yang bersifat edukatif dan mendidik. Karena pada dasarnya mataf merupakan sebuah proses pengenalan mahasiswa baru terhadap kampus. Sehingga diharapkan dalam pengenalan kampus kegiatan yang diberikan tidak menyulitkan para mahasiswa baru. Misalnya dengan berbagai atribut yang sulit dicari. Hal itu malah justru hanya sia-sia.

Hal ini disampaikan Kepala Biro Akademik UMY, Drs. Bambang Rahmanto di Kampus Terpadu UMY Rabu (7/9).

Kegiatan pengenalan kampus yang dilakukan oleh UMY sendiri, Bambang menuturkan akan diawali dengan silaturahmi yang dikuti oleh orang tua atau wali mahasiswa baru. “Acara tersebut bertujuan agar para orang tua dan wali mahasiswa baru dapat bertanya mengenai perkuliahan anak-anak mereka. Selain itu mereka juga dapat memberikan berbagai masukan demi peningkatan kualitas kampus agar lebih baik lagi,”urainya.

Dalam kegiatan silaturahmi ini, para orang tua dapat bertanya mengenai UMY baik sistem perkuliahan maupun hal lainnya. “Nantinya akan ada para Kepala Program Studi (Kaprodi) dari masing-masing Prodi. Sehingga para orang tua akan mendapatkan jawaban yang lebih rinci mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Prodi yang diambil anak-anaknya. Misalnya mengenai sistem perkuliahan,”jelasnya.

Bambang juga menjelaskan mataf UMY akan dibuka pada Jum’at (9/9) di Sportorium. Dalam pembukaan tersebut akan diisi dengan berbagai kegiatan. Mulai dari sambutan Rektor UMY,  Ir. H. M. Dasron Hamid, M.Sc., sambutan Presiden Mahasiswa (Presma), dan dilanjutkan dengan parade UKM yang juga membuka stan,  karena pada dasarnya agenda mataf adalah seputar pengenalan kampus, perkuliahan, pilihan kegiatan, serta fasilitas kampus yang merupakan kebijakan masing-masing prodi. Hal ini bertujuan agar para mahasiswa baru mendapatkan informasi yang mendukung kelancaran perkuliahannya seperti memahami mekanisme perkuliahan, mendapatkan gambaran setelah kelulusan, dan mengetahui adanya bimbingan karier di kampus.

Kemudian kegiatan akan dilanjutkan di masing-masing Fakultas dan Prodi masing-masing hingga Sabtu (10/9) dengan agenda kegiatan seperti teknis perkuliahan, cara key in yang disesuaikan dengan masing-masing Prodi. Mataf kali ini diikuti oleh sekitar 3200 mahasiswa baru Tahun Ajaran 2011.

UMY juga mengagendakan kegiatan pengenalan kampus lainnya yaitu Orientasi Studi Dasar Islam (OSDI). “Jika mataf merupakan pengenalan kampus secara keseluruhan. Sedangkan OSDI merupakan kegiatan pembekalan keIslaman bagi para mahasiswa baru hal ini bertujuan agar Maba lebih memahami Islam, mengenal tentang Muhammadiyah, dan pada akhirnya akan memiliki keyakinan terhadap Islam yang benar. Nantinya OSDI akan diselenggarakan selama dua hari. “Hari pertama yaitu Senin (12/9) untuk mahasiswa baru putra. Sedangkan Selasa (13/9) bagi mahasisa baru putri.

Rangkaian acaranya antara lain “Islam Pilihan Hidup” dan “Menjadi Muslim yang Unggul dan Islami”, seperti tahun-tahun sebelumnya. Kedua agenda tersebut berupa ceramah dan dialog, yang akan diisi oleh 11 orang pembicara yang terdiri dari tokoh internal UMY dan trainer ESQ dari PP Muhammadiyah. Pada OSDI kali ini, ada agenda baru yang menambah deret rangkaian acara OSDI, yaitu pemutaran Film “Sang Pencerah” di awal acara. Pemutaran film ini bertujuan untuk memperkenalkan Muhammadiyah, memberi pemahaman kepada mahasiswa baru mengenai perjuangan K.H. Ahmad Dahlan tentang pemurnian Agama Islam. Diharapkan, OSDI yang biasanya berlangsung secara formal di dalam kelas, dapat menjadi jauh lebih menarik kali ini.

08 September 2011

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berkomitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak Islam yang sebaik-baiknya. Banyaknya pemberitaan di media tentang tokoh-tokoh elit masyarakat yang berselisih, kadang membuat kita justru merasa malu, dan hal itu memotivasi UMY untuk terus memperbaiki sistem pendidikan agar benar-benar dapat mencetak sarjana berkualitas.

Hal tersebut disampaikan oleh rektor UMY, Ir. H.M. Dasron Hamid, M.Sc, dalam sambutannya di acara silaturahmi orang tua/wali mahasiswa baru (Maba) pada Kamis (8/9). Acara yang bertempat di Sportorium Kampus terpadu UMY ini dihadiri oleh sekitar 2000 tamu undangan yang kesemuanya adalah orang tua Maba.

Selain sebagai ajang perkenalan/silaturahmi, acara ini juga dimaksudkan untuk memberi penjelasan lebih mendalam kepada orang tua mahasiswa mengenai UMY. Hal-hal yang disampaikan antara lain mengenai prestasi yang diraih UMY, sistem perkuliahan, maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan anak-anak mereka.

Dalam acara ini hadir pula jajaran pimpinan UMY, dari wakil rektor hingga kepala prodi. Selain agar orang tua mengenal para pimpinan UMY, hal ini dimaksudkan agar pada saat orang tua bertanya, mereka akan mendapatkan jawaban yang lebih rinci.

Di kesempatan ini Dasron memperkenalkan semua prodi yang ada di UMY, kesemuanya berjumlah 26 Program Studi, termasuk pasca sarjana. “Dengan adanya silaturahmi ini, kedepannya kami mengharapkan agar orang tua/wali mahasiswa baru dapat ikut serta mendukung UMY dan terus memotivasi anak-anak mereka agar dapat berprestasi,” ujar Dasron.

Acara ini diakhiri dengan diskusi antara para undangan/orang tua mahasiswa dengan pimpinan Universitas.





Diskusi Ramadan-tainment, Ramadhanisasi Acara TV -JIK UMY  

Posted by: Intan Lingga in

“Sekarang ini, bulan puasa bukan lagi sebagai refleksi diri, tapi seperti sebuah selebrasi (celebration), hal ini dilihat dari bagaimana ekspos media mengenai Bulan Ramadhan,” ungkap Ratna Noviani, Ph.D., pada diskusi terbatas Jurusan Ilmu Komunikasi UMY pada Selasa, 9 Agustus 2011. Acara yang berlangsung di Pacific Restaurant & Convention Hall ini dihadiri sekitar 50 orang dari berbagai profesi terkait media maupun pemerhati media. Diskusi terbatas ini membahas tentang Ramadhan-Tainment di Televisi dengan menghadirkan beberapa pembicara yaitu Dr. Budiman (Kajian Budaya Media  Pascasarjana UGM), Rahmat S. Arifin (KPID Yogyakarta), Andhi Wisnu (Penanggung Jawab Program Jogja TV), serta dua orang penyaji hasil penelitian yaitu Ratna Noviani, Ph.D (Dosen Ilmu Komunikasi UMY) dan Subkhi Ridho, M.Hum (Direktur LSIP), dengan dimoderatori oleh Octo Lampito (Pimred Kedaulatan Rakyat). 

            Diskusi diawali dengan penyajian hasil riset mengenai bagaimana Televisi berbicara mengenai Ramadhan oleh Ratna Noviani, Ph.D. Di bulan Ramadhan, televisi merupakan media yang cukup aktif menayangkan berbagai program dengan tema Ramadhan. Banyak yang beranggapan bahwa tayangan Ramdhan hanya hiburan bewajah ibadah. Pada tahun 1432 H ini, hal tersebut pun masih terjadi. Masih menurut Ratna, penelitian yang dilakukan oleh UMY dan Pusat Studi Komunikasi ini juga berangkat dari asumsi yang sama. Ramadhan 1432 H, ditemukan 9 kategori program yang terkait dengan tema Ramadhan, di luar program dengan genre Berita yang tidak termasuk obyek kajian dalam penelitian ini. Program Ramadhan di TV, paling banyak dikemas dalam kategori Sinetron/FTV/ Sinema yaitu sebanyak 29 tayangan setiap harinya, diikuti oleh Infotainment (15 tayangan), Pengajian/Dakwah (13), Komedi (10), Reality Show (10), Kuis (10), Feature (8), Musik (5) dan Talkshow (1). Televisi yang paling banyak menyiarkan program dengan sinetron/FTV/ sinema bertema Ramadhan setiap harinya adalah MNCTV (9 tayangan), diikuti oleh Indosiar (7), RCTI (5), SCTV (5) dan TransTV(3). 

            Penyaji kedua, Subkhi Ridho, M.Hum membahas tentang Puasa Sebagai Praksis Pembebasan dan Keadilan Sosial. “Beragam tayangan coba dihadirkan ketengah-tengah umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan,” ungkapnya. Mulai dari hiburan untuk menemani makan sahur dengan celoteh para pembawa acara diselingi dengan derai tawa serta nyanyian, kultum jelang imsyak dan buka puasa, sinema religi, feature yang menampilkan khazanah ke-Islaman di dunia, infotainment yang memberitakan tingkah laku para pesohor di bulan Ramadhan untuk menyebut beberapa contoh. Tak ketinggalan pula selalu dijanjikan dengan iming-iming hadiah yang ditawarkan, mulai dari uang tunai Rp. 500.000- 1.000.000, serta gadget keluaran terbaru. Ridho menambahkan, berbagai tayangan program tersebut memunculkan budaya  ekspresif. Budaya “menggengsikan” dan “menyemarakkan” Ramadhan  dengan program-program super-berkah. Program yang membuat pelaku puasa terlena dan abai terhadap lingkungan sekitar, karena puasa pada akhirnya seakan-akan sekadar menanti janji manis para pengiklan di televisi ketika menunggu berbuka puasa. 

            Diskusi ini berlangsung cukup interaktif, ketiga pembicara memberikan komentar terhadap riset yang disajikan, serta komentar-komentar dari peserta diskusi terbatas pun menambah kedalaman diskusi. Rangkaian acara diakhiri menjelang berbuka puasa, denga pemberian souvenir dan foto bersama. Intan.

 http://www.umy.ac.id/tayangan-ramadhan-sekadar-hiburan-yang-berwajah-%E2%80%9Cibadah%E2%80%9D.html

Release :  









Fisipol UMY Jalin Kerjasama dengan Malaysia  

Posted by: Intan Lingga in

Tiga agenda telah disepakati oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan School of Social SciencesUniversitas Sains Malaysia (USM). Dalam MoU tersebut ada tiga agenda, yaitu student exchange untuk Jurusan Hubungan Internasional dan Ilmu Pemerintahan UMY (International Class), perencanaan kunjungan Jurusan Ilmu Komunikasi UMY ke School of Communications pada Januari 2012, dan join seminar nasional bersama KANITA (Woman Research Center) yang juga akan dilaksanakan pada tahun 2012.

MoU ini ditandatangani saat kunjungan empat hari Fisipol UMY ke USM, Selasa- Sabtu (26-30/6). Kunjungan ini diikuti oleh dua belas orang perwakilan UMY yang terdiri dari Rektor, Dekan Magister Ilmu Pemerintahan, Sekretaris Magister Ilmu Pemerintahan, dan dosen.

Menurut Dekan Fisipol UMY, Dr. H. Achmad Nurmandi, M.Sc, student exchange akan dilakukan dengan memberikan pembebasan SPP bagi mahasiswa berprestasi yang diikutkan dalam student exchange. Selain itu, pada Oktober 2011 Universitas sains Malaysia akan mengunjungi Universitas muhammadiyah Yogyakarta untuk menyepakati MoA (Memorandum of Action).

Nurmandi menambahkan, 15 paper akan dipublikasikan pada saat acara seminar bersama Woman Research Center berlangsung. Ke-lima belas paper itu terdiri dari delapan buah paper dari Universitas Sains Malaysia dan tujuh buah paper dari UMY. Semua paper tersebut akan membahas mengenai perempuan dan gender, yang kemudian akan di-review dan dibuat buku untuk di publikasikan di Malaysia. Dari UMY sendiri, paper akan dipresentasikan oleh Prof. Dr. Tulus Warsito, Dra. Mutia Hariati Hussein, M.Si, Titin Purwaningsih S.IP, M.Si, Tri Hastuti Nur,M.Si, Dra. Nur Azizah, M.Si, dan Dr. Dyah Mutiarin.

Sementara itu, Jurusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas UMY juga melakukan joint seminar dengan Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Senin (25/7). Bertempat di kampus UKM, kolokium yang bertemakan “Hubungan Indonesia-Malaysia” ini diisi oleh 8 dosen HI UMY dengan komentator dari pihak UKM.

Menurut Ali Muhammad, SIP, MA, Ketua Jurusan HI UMY, kegiatan ini merupakan seminar balasan dari kunjungan pihak UKM ke UMY pada tahun 2006 dan pada saat itu membahas permasalahan terorisme. Ini juga merupakan joint seminar perdana yang dilakukan jurusan HI UMY secara internasional.“Ini kali pertama kalinya jurusan HI secara kolektif melakukan joint seminar. Ini merupakan perkembangan yang bagus yang perlu ditransisikan” jelas Ali.

Kegiatan ini, menurut Ali, sangat bermanfaat sebagai ajang bagi dosen-dosen HI untuk menyampaikan gagasannya di forum internasional; peningkatan Penetapan Angka Kredit (CCP) dosen; serta akreditasi jurusan. “Kegiatan ini sangat bagus untuk semakin meningkatkan jam terbang internasional para dosen HI dalam upaya go-international,” jelasnya.

Enterpreneur Telo Rambat  

Posted by: Intan Lingga in

Muda dan berbahaya. Jargon itu mungkin tepat ditujukan untuk Rifqi Suprapto, mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2005. Mahasiswa yang biasa dipanggil “Rifqi” ini, bukan mahasiswa biasa. Mahasiswa kelahiran Bantul, 24 Februari 1987 ini memiliki beberapa pengalaman mengagumkan di usianya yang masih muda. Rifqi menjadi Finalist The Future Leader PPM-POT Jakarta,  Juara III Lomba Inovasi Bisnis BPPO DIY, Juara Shell LiveWIRE Business Start-Up Awards 2009, dan sekarang menjabat sebagai manajer Agrimart UMY.  

Sekarang ini, Rifqi bisa kita sebut sebagai wirausahawan muda. Ide kreatifnya bersama beberapa temannya, berhasil menyulap Telo Rambat atau yang kita kenal dengan Ubi Jalar menjadi makanan kelas elit yang bernilai tinggi, seperti Pizza, Donat, Roti, Brownies, dan Es Krim. Tentu bukan usaha yang mudah. Pengalaman demi pengalaman, ditambah kegigihan yang tak putus-putus, akhirnya membuat usaha Rifqi dan teman-temannya mulai menuai hasil. Saat ini, beberapa brand dimunculkan dari produk telo ini, yaitu Browniestelo, Pizzatelo, Donattelo, Rotelo, dan Mr.Telo. 

Ide untuk memulai usaha ini cukup sederhana, yaitu adanya keinginan untuk memperoleh penghasilan sendiri dan mencapai jaminan stabilitas keuangan personal, sehingga tidak bergantung kepada orang lain dan dapat membuat diri menjadi lebih produktif. Rifqi menyadari kompetisi dalam memperoleh lapangan pekerjaan semakin tinggi, sedangkan jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan banyaknya calon tenaga kerja. Ubi Jalar menjadi produk dengan prospek menjanjikan bagi Rifqi dan kawan-kawan.  Rifqi pun tertarik utnuk memanfaatkan Ubi Jalar yang produksinya mencapai 200 ton setahun, namun belum dimanfaatkan secara maksimal, mengangkat pamor ubi jalar agar mempunyai nilai lebih dari segi eknomis dan psikologis. Rifqi dan kawan-kawan juga ingin memproduksi pizza, roti, brownies, donat, dan es krim yang mempunyai brandhanya untuk kalangan menengah ke atas dengan biaya yang terjangkau, sehingga makanan tersebut dapat dikonsumsi oleh semua lapisan dengan menambah pula kandungan gizi pada makanan tersebut karena menggunakan bahan dasar ubi jalar. Akhirnya, dengan didahului survey pasar, muncullah makanan-makanan ala Rifqi dan kawan-kawan, dibuat dari Ubi Jalar dan dikemas menjadi makanan modern.

Selain berorientasi pada pengembagan produk, Rifqi yang di-partneri oleh Anton Cahyono, Feri Andriyan, Wahyu Endah P, yang kesemuanya adalah mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian UMY, juga berusaha menata usahanya dengan manajemen organisasi yang baik. Berkaca pada pengalaman yang dimiliki semua anggota, mereka membuat pengurus yang ditugaskan untuk admisnistrasi dan pemasaran, produksi, serta bahan baku. Harapannya, tentu saja dengan manajemen yang baik usahanya akan semakin maju dan berkembang.

Sampai saat ini, pasar tetap produk telo Rifqi adalah Agrimart UMY, salah satu kantin sehat di lingkungan kampus UMY yang didirikan oleh pendiri Agri05 juga. Setiap harinya mereka mampu mengolah 5 kg ubi jalar untuk berbagai macam makanan, mulai dari pizza telo, roti telo, donat telo, brownies telo, danish telo, hingga adonan untuk es krim telo.  Usaha ini adalah usaha rumah tangga, lokasinya berada di rumah salah satu anggota Agri05 yaitu Saudari Wahyu, di Jl. Pareanom No.7, RT 036, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta.

Ubah Kebiasaan Hidup Manusia Cegah Memburuknya Perubahan Iklim  

Posted by: Intan Lingga in

Perubahan iklim telah terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Perubahan iklim ini menuntut manusia untuk mengubah kebiasaan hidup dengan menjadi virus perubahan sebagai bentuk kepedulian dalam mencegah memburuknya perubahan iklim.

Demikian disampaikan Valerina Daniel, Duta Lingkungan Hidup Republik Indonesia, dalam Dialog Interaktif “Cara Praktis Memelihara Bumi” pada Sabtu (13/8) sore. Acara yang bertempat di Convention Hall Asri Medical Center Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini terselenggara atas kerja sama Pusat Studi Lingkungan dan Bencana (PSLB) UMY dengan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 
 
Pada dialog ini, Vale yang juga merupakan Puteri Lingkungan dan Runner Up Puteri Indonesia 2005 menyampaikan bagaimana bumi berubah dari waktu ke waktu, serta berbagai kerusakan yang akan terjadi di seluruh pelosok bumi ini bila kita tidak ‘melakukan sesuatu’ sedini mungkin. 
 
Vale menyampaikan beberapa tips bagaimana memelihara bumi demi mencegah memburuknya perubahan iklim. Ke-13 tips tersebut dia namakan COP13 (Cara Oke Pelihara Bumi) yang dimulai dengan diri sendiri dengan bisa selalu mencari tahu dan menambah pengetahuan tentang perubahan iklim serta cara mencegahnya. “Kita juga bisa menyebarkan informasi ini kepada orang-orang di sekitar kita agar semakin banyak orang yang tahu dan tergerak untuk ikut memulai,” terang Vale.

Menghemat energi listrik, juga merupakan cara yang mudah dilakukan setiap hari. Segera padamkan lampu saat sudah tidak diperlukan, rancanglah ruangan yang terbuka sehingga kita bisa meminimalkan penggunaan lampu dan menggantinya dengan sinar matahari. Vale juga menyarankan agar kita beralih dari lampu pijar ke lampu hemat energi. Selain itu, matikan alat elektronik setelah digunakan, jangan meninggalkan alat elektronik dalam keadaan “on”. Selain menghemat listrik, cara ini sekaligus menghemat biaya dan efisiensi ruangan.
Langkah lainnya adalah mendaur ulang sampah. Pisahkan sampah organik dan non-organik. Kita bisa mengolah sampah organik menjadi kompos, sementara produk non-organik menjadi barang lain. Hindari membakar sampah Karena bisa menghasilkan polusi udara dan tanah. Vale juga menyarankan agar manusi menghemat BBM, air, kertas, dan menghindari kantong plastik. 
 
Selain itu, hal yang tidak boleh dilupakan juga adalah selalu kembali ke alam dengan menggunakan berbagai produk alami, menanam pohon dan berkebun apa saja di sekitar rumah, mengisi liburan dengan piknik ke taman, menggunakan produk lokal yang ramah lingkungan dan jadilah pejuang lingkungan. Menjadi pejuang lingkungan bisa dengan menegur orang yang membuang sampah sembarangan, atau bergabung dengan kelompok masyarakat pecinta lingkungan. “In every crisis, there is opportunity, tanyalah pada diri kita, apa yang bisa kita lakukan untuk bumi kita,” ujar Vale di penghujung dialog. 



 


Tonjolkan Kreativitas dan Keunikan, CEO Ikom UMY Wakili Yogyakarta dalam Kompetisi KOMPAS Kampus  

Posted by: Intan Lingga in

Berita dimuat di www.umy.ac.id 
Sedikit cerita menyenangkan di Kompas Kampus & Mudaers ^_^



Komitmen untuk mengangkat potensi kreatif pelajar dan mahasiswa di kota Yogyakarta melalui penyelenggaraan sebuah kegiataan lomba kreativitas dengan konsep yang unik dan berbeda, Creative Event Organizer Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (CEO Ikom UMY) terpilih sebagai pemenang dan mewakili Yogyakarta dalam KOMPAS Kampus presents : Me & My Nescafe O! Moment Campus Competition.

Tim CEO Ikom UMY yang terdiri dari 10 mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY yaitu Intan Linggaratri, Muhammad Saktipan, Mida Mardhiyyah, Heri Permanto, Iyans Febrian, Triska April Melia, Yuli Hestina, Soviela Rahmawati, Putri Wahyu, serta Rizky Ardhani berhasil menyisihkan empat finalis lain dari UII, HIMA AKAKOM Jogja, UNISI Organizer dan FORKOM UGM.

KOMPAS Kampus itu sendiri merupakan ajang kreasi antar kampus yang diselenggarakan KOMPAS dan Nescafe di lima kota besar  yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya. Sebagai pemenang dari Yogyakarta CEO Ikom UMY berhak mendapatkan biaya sponshorship berupa uang tunai sebesar Rp. 20.000.000,- untuk menyelenggarakan ide kreatif yang telah diajukan dan dipresentasikan. Tahapan kompetisi ini terdiri dari proses seleksi melalui pengajuan proposal dan tahap akhir yaitu melakukan presentasi proposal yang telah lolos.

Menurut Project Officer CEO Ikom UMY, Intan Linggaratri, kunci keberhasilan mereka terletak pada kerja sama, kerja keras serta selalu menampilkan keunikan dan kreatifitas. “Kami selalu menampilkan keunikan dan kreatifitas kami baik dalam pengajuan proposal kegiatan dan juga pada saat presentasi,”jelasnya di Kampus Terpadu UMY Jumat (11/6).

Salah satu keunikan yang ditampilkan tim CEO misalnya pada saat presentasi awal Juni lalu mereka sempat mengecoh para juri. Jika biasanya sebuah presentasi itu dilakukan hanya sebatas menjelaskan proposal yang diajukan, mereka berani melakukan hal yang berbeda. “Sebagian dari kami keluar terlebih dahulu menemui para juri dengan pakaian resmi. Tepat sebelum presentasi dimulai sebagian dari kami yang memakai kostum Gatotkaca, Superman dan None Belanda tiba-tiba keluar untuk menampilkan sebuah opera.”urainya.

Opera tersebut menggambarkan pertarungan antara Gatotkaca dan Superman yang menggunakan bahasa Jawa serta Bahasa Inggris. “Mengapa kami memilih kedua tokoh tersebut kemudian memakai bahasa Jawa dan Inggris. Hal ini untuk menggambarkan kreatifitas kami yang menggabungkan unsur tradisional dan unsur modern. Begitu opera singkat selesai barulah kami memulai presentasi,”paparnya.

Sementara itu Tim Produksi CEO Ikom UMY, Muhammad Saktipan menambahkan opera tersebut juga menggambarkan tema kegiatan yang mereka ajukan yaitu ‘Me & My O Moment: the Battle of Creativity’. Pertarungan kreatifitas yang akan diikuti oleh siswa-siswa SMA di DIY dan Jawa Tengah serta mahasiswa PT di DIY.

“Kegiatan dengan konsep perlombaan yang telah kami ajukan ini di dalamnya akan ada pertarungan misalnya antara musik pop dan etnik. Menampilkan perlombaan group band yang ditantang membawakan sebuah lagu sebanyak dua kali. Penampilan pertama bebas sesuai keinginan band tersebut. Sedangkan pada penampilan kedua mereka tetap membawakan lagu yang sama tetapi harus mengganti dua alat musik mereka dengan alat musik tradisional. Misalnya keyboard diganti gamelan, drum diganti kendang dan lainnya,”tuturnya.

Dalam konsep kegiatan mereka tersebut selain menampilkan kreatifitas musik masih ada beberapa jenis perlombaan yang menampilkan keunikan dan kreatifitas lainnya. “Misalnya cara menonton film dengan konsep lain, perlombaan fotografi dengan mata ditutup tetapi diarahkan teman yang lain, pembuatan aplikasi dalam blog serta pembuatan ambient media memanfaatkan barang-barang seadanya menjadi sebuah media baru untuk menyampaikan pesan,”tambahnya.

Tim CEO Ikom UMY berharap konsep kegiatan yang akan mereka laksanakan tersebut dapat melatih kreatifitas dan inovasi para siswa SMA dan mahasiswa. “Selain itu dapat membangun kerjasama tim serta sportifitas dalam sebuah perlombaan,”pungkas Sakti.

Isi Ramadhan di Kampus, UMY Libatkan Masyarakat  

Posted by: Intan Lingga in

Ramadhan meriah membawa berkah, bisa menjadi ungkapan yang sesuai untuk menggambarkan suasana Ramadhan di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kegiatan ramadhan yang melibatkan masyarakat sekitar serta mengundang sekitar 500 anak yatim untuk berbuka bersama.

Seperti disampaikan oleh Drs. Mohammad Mas’udi, M.Ag., Ketua Panitia Ramadhan Di Kampus (RDK UMY),  berbagai kegiatan dilakukan untuk mengisi bulan ramadhan. Hal ini agar suasana Ramadhan yang khidmat akan menjadi momen istimewa untuk meningkatkan ketaqwaan sekaligus ibadah kepada sesama.

“Sejak ramdhan hari pertama berbagai kegiatan dilakukan. Salah satunya yaitu ‘Kajian Ba’da Dhuhur’ yang menghadirkan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammdiyah, Drs. Oman Fathurahman, M.Ag sebagai pemateri. Ini berlangsung hingga Kamis kemarin,”jelasnya di sela-sela acara Buka Bersama Sahabat Yatim, Duafa, Tuna Netra (BERSAHABAT) Kamis (18/8) sore.

Selanjutnya masyarakat juga dilibatkan untuk mengikuti agenda kegiatan Pasar Murah dan Pengajian Akbar di lantai dasar Masjid K.H. Ahmad Dahlan UMY. “Pasar Murah RDK menjual 500 paket sembako dengan harga murah. Misalnya sembako Rp. 50.000,- dijual Rp. 15.000,-. Sasarannya adalah Takmir Masjid, Jama’ah Masjid, serta petugas Cleaning Service dan taman,” Mas’udi menjelaskan.

Dalam pemaparannya, selain melibatkan warga sekitar, juga mengundang sekitar 500 anak yatim dari berbagai wilayah di Yogyakarta untuk mengikuti buka bersama. Selain anak yatim pada kesempatan tersebut UMY juga memberikan Al Qur’an Braile kepada anak-anak penyandang tuna netra.

Tidak hanya masyarakat dewasa, dalam penuturannya, anak-anak juga turut meramaikan rangkaian acara RDK UMY. “Anak-anak  turut berpartisipasi dalam Festival Anak Soleh.  Ada beberapa lomba yang digelar dalam festival ini, antara lain Lomba Hafal Al Quran, Lomba Seni Lukis dan gambar. “tambahnya.

Mahasiswa FKIK – UMY Temukan Khasiat Biji Buah Pepaya Bagi Penurunan Kadar Kolesterol  

Posted by: Intan Lingga in


Karya, adalah sebuah hasil kreatifitas. Kreatifitas dapat dituangkan dalam bentuk apapun. Kali ini, seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan angkatan 2007 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bernama Muti’ah Nuraini, mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan Biji Buah Pepaya (Carica papaya L.). Tidak terpikirkan sebelumnya bukan? Biasanya, Buah Pepaya hanya dikonsumsi daging buah dan daunnya, sedangkan bijinya hanya dibuang. Muti’ah dan beberapa rekannya, tergerak untuk meneliti biji pepaya karena berdasarkan analisis fitokimia ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, anthraquinones, dan anthocyanosides

Fitokimia sendiri biasanya merujuk pada senyawa  yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas. Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan membebaskan satu atom hydrogen dari gugus hidroksilnya yang kemudian berikatan dengan satu radikal bebas. Dengan ikatan ini maka akan menstabilkan radikal peroksi yang membuat energi aktivasi berkurang, dan selanjutnya akan menghambat atau menghalangi reaksi oksidasi dari kolesterol LDL (lipoprotein densitas rendah). Secara khusus saponin digunakan untuk menurunkan aktifitas kolesterol serum seperti aksi resin, yaitu dengan mengurangi sirkulasi enterohepatik asam empedu. Melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL ini maka dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Dengan kandungan-kandungan tersebut, biji pepaya mempunyai efek hipolipidemia  dan  anti oksidan dalam darah. 

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap penurunan kadar profil lipid plasma dan mengetahui kadar  paling efektif jus biji pepaya (Carica papaya L.) yang dapat menurunkan kadar profil lipid plasma pada tikus hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah gejala dimana jika kelebihan kolesterol di dalam darah melebihi 5,72 mmol/L, lipoprotein berkapasitas rendah (LDL) melebihi 3,64 mmol/L, dan kelebihan trigliserida melebihi 1,7 mmol/L. Hiperlipidemia disebabkan adanya lemak nabati/kolesterol yang terlalu tinggi. Jika kalori dalam makanan yang dikonsumsi melebihi dari batas yang diperlukan oleh tubuh, kalori yang berlebihan akan tersimpan di dalam otak dalam bentuk trigliserida dan menjadi lemak, lalu hal tersebut menyebabkan kandungan lemak dalam darah meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian pretest-posttest control group design, dengan obyek penelitian 25 ekor tikus putih jantan Strain Sprague Dawly, umur 2 bulan, rerata berat badan 180,84±3,9 g yang dibagi dalam 5 kelompok. 

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembuatan jus biji papaya. Biji papaya segar dihaluskan dengan blender kemudian ditimbang sesuai dengan kadar yang diinginkan. Setelah itu, ditambahkan air hingga mencapai volume 1 ml, kemudian dihomogenisasikan menggunakan homogenizer dengan kecepatan 6612 rpm selama 2 menit, lalu disaring. Obyek penelitian diadaptasi selama dua hari kemudian dilakukan pengambilan darah I untuk mengetahui kadar profil lipid normal, kemudian obyek dibuat hiperlipidemia dengan pemberian diet tinggi lemak 2 ml/hari selama 7 hari. Pada hari ke-9, dilakukan pengambilan darah II untuk memastikan obyek penelitian sudah mengalami hiperlipidemia atau belum. Setelah obyek mengalami hiperlipidemia, obyek penelitian diberi perlakuan sesuai kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (diberi pakan saja), kontrol positif (diberi lovastatin) dan tiga kelompok uji (diberi jus biji pepaya 100 mg/kg BB/hari,  200 mg/kg BB/hari,dan 400 mg/kg BB/hari) selama 14 hari. Pada hari ke-24, dilakukan pengambilan darah III untuk mengetahui kadar profil lipid setelah diberi perlakuan. Pengukuran kadar kolesterol total diukur dengan reagen KIT kolesterol dengan metode Enzymatic Colorimettric Test “CHOD-PAP”, kadar LDL diukur dengan reagen KIT LDL dengan metode LDL-Cholesterol with The CHOD-PA dan kadar HDL diukur dengan reagen KIT HDL dengan metode HDL-Cholesterol with The CHOD-PA. 

Hasil penelitian dianalisis dengan oneway Anova dan post hoc test, sedangkan untuk membandingkan hasil penelitian sebelum dan sesudah penelitian dianalisis dengan paired sample t-test. Hasil analisis one way Annova menunjukkan jus biji pepaya dapat menurunkan kadar kolesterol dan LDL secara signifikan (p<0.05), serta meningkatkan kadar HDL secara signifikan (p<0,05). Pemberian jus biji pepaya kadar 400mg/kg BB/hari paling efektif dalam menurunkan profil lipid plasma, hal ini dapat terjadi karena biji pepaya mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, anthraquinones, dan anthocyanosides yang mana mempunyai efek hipolipidemia  dan  antioksidan dalam darah. 

Muti’ah yang direkanin oleh D. Asharini, A.P. Dewi, N.Wulandari (ketiganya Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan), dan  S. Orbayinah (Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan) sadar betul, penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal harganya. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan referensi ilmiah untuk penelitian lebih lanjut bagi pengembangan jus biji pepaya sebagai obat antihiperlipidemia dan apabila terbukti efektif mempercepat penurunan kadar kolesterol, LDL, serta meningkatkan kadar HDL, maka jus biji pepaya ini  potensial untuk dikembangkan sebagai terapi alternatif hiperlipidemia pada manusia. Pada penelitian ini biji pepaya dibuat dalam sediaan jus agar masyarakat lebih mudah untuk membuatnya. Mau mencoba?

Ditulis : 13 Agustus 2011