Dana Utk Film Pendek dari Kemendikbud  

Posted by: Intan Lingga in

Haloooooo teman-teman :)
Lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bgt gak bisa ngeblog lageeeeh :P
Selain karena rutinitas yg mengharuskan muter di jalanan, otak juga dipenuhi deadline2 iklan dan janjian ketemu klien. Tapiiiiii ttp ada yg bisa di share di sini.
Kali ini, ada dana dr Kemendikbud utk temen-temen yg suka bikin event ttg film pendek, screening mungkin? kurang paham juga :D
Yg jelas, siapa tau info ini penting buat temen-temen ya :)


Family Cooking Contest Harian Jogja  

Posted by: Intan Lingga in

Yakin Kompak?? Saatnya KELUARGA BERAKSI !!


Daftarkan keluarga anda segera di FAMILY COOKING CONTEST : Ayo Makan Ikan.

Diselenggarakan oleh Harian Jogja, Star Jogja FM , bekerja sama dg Mirota Kampus.

Lokasi : Mirota Kampus Jl. Menteri Supeno
38 Jogja
Waktu : Minggu, 18 November 2012, Jam 7.00 WIB-Selesai

Raih hadiah total jutaan rupiah dan bingkisan utk keluarga dg kostum terunik!


Info & Pendaftaran : Bagian Promosi Harian Jogja (0274-3155883)


Andi (0877 386 83 777)

Fitri (0878 382 84 156)
 
 
 Yuuuk seru-seruan bareng keluarga dan kampanyekan Makan IKAN :D
 
 
 

Jadi...?  

Posted by: Intan Lingga in


Pagi ini, dgn semangat penuh *walau lagi puasa*, motorku melaju kencang di jalanan.. rute dari Griya Harjo, sampe ring road perempatan Dongkelan, mau ke Rumah Sakit Panembahan Senopati, Bantul. *hehe..penjelasannya ga penting ya*.

Di tengah-tengah nge-gas dan nge-rem, aku memilih berhenti di kiri jalan tepat sebelum lampu merah perempatan.. Pengamen yang pakai kostum barongan dan topeng mirip wayang jahat itu lari tunggang langgang ke belakang sebuah took baju. Alat-alat musik mereka, gamelan, dll, ditinggalkannya lari… Rupanya seketika petugas berbaju warna khaki muncul. Satpol pp. “Razia!!!!”. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin sekali berteriak “Lariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!”

Aku kasihan.
Seharian klenongan pun mungkin hasilnya ga seberapa.

Jadi keinget, waktu nganterin tamu dari Malaysia, Prof Adnan sekeluarga, mereka heran dan bertanya kenapa di tiap lampu merah banyak orang menari-nari. “Mereka cari uang”, kataku. Ngamen…
Sedetik kemudian aku yang heran.. “Apa di sana ga ada pengamen?”

Mungkin kapan-kapan aku perlu ke Malaysia.. Untuk melihat apa di sana memang tidak ada pengamen… Jadi…?

M.E On.Shoot  

Posted by: Intan Lingga

Lulus kuliah dan bekerja tepat sehari setelah wisuda,, membuat semuanya terasa cepat. Waktu jalan-jalan bareng teman yang direncanakan sebelumnya, harus dilupakan :) Dan mungkin diusahakan lagi di lain waktu.
Sedikit bangga dan senang karena sempat membuat beberapa check point semasa kuliah, dan taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...... M.E On.Shoot. Kayaknya narsis banget, tapi serius bukan narsis.. cuma sekedar ingin mendokumentasikan apa yg sempat dilakukan di masa lalu :)))

- Workshop Manajemen EO
- Kompas Kampus Competition

7th July, 2012 :)  

Posted by: Intan Lingga

Have a Nice Week End....!!! :)

Hampir 7 tahun bareng,, yang jelas episode 'balada musisi dan pemimpi egois' bakal terus lanjut. Kami sama-sama egois, sama-sama pencemburu, sama-sama pemimpi, sama-sama pengen jadi musisi (yang malah kejebak sama dunia masing-masing :P) tapi kami terus mencoba menorehkan cerita lucu, sedih, seneng, haru, di atas selembar kertas putih kami yg kami temuin tepat tanggal 30 Agustus 2005 :D
Sebulan kenal,, cukup buat meyakinkanku buat milih dia. And soooo..... ini secuplik kesempatan kita berdua foto-foto di ikonnya Jogjaaah.. "TUGU JOGJA". Hahahaha... hampir 4 taun idup di Jogja tp ga pernah sekalipun foto-foto di Tugu. (wekks...)

Dannn....
Taraaaaaaaaaaaaaa....... ini dia fotoku bareng dia. Yang serasa foto pose pasangan yg lagi honeymoon... (halahhalaaah....)




Bohemian Never End :)  

Posted by: Intan Lingga in




 Bohemian style adalah perpaduan dari gaya hippie, ethnic, gypsy, dan juga vintage.
Gaya bohemian muncul sebagai fashion yang jujur, bermula dari gaya orang pinggiran yang banyak memadukan aksesori alam :)

Love it so much ♥










































Hari Transisi Sedunia (duniaku :D)  

Posted by: Intan Lingga in





-          Wisuda : 9 Juni 2012 (Sabtu)
-          Wawancara pertama sama Harjo : 11 Juni 2012 (Senen)

Uuuuughhhh >,< cepet banget siiii….
Jadi ini sedih campur seneng campur kesel 
Yang pertama,, niat liburan seminggu buat refresh otak gatot alias gagal total pemirsaaa…
Jadi bingung harus ngapain dulu.. mesti mulai orientasi kerja besokk, Kamis 21-Juni, tertantang sih..tertantang banget. Ngapain ya kira-kira.. kerja di media tu kayak apa ya….
Tapi di sisi otak bagian lain, masih pengen merasakan kenyamanan kerja di Biro Humas Protokol UMY J dan bantuin temen-temen di PIMNAS dan Acara Jurusan IK UMY, Communications Fiesta.
Iuuuuuuuwwhhhhhhhh…. But Show Must GoOn!!!
Jadi sebelum semua ini aku telan dengan baik, ada sosok Hero yang dateng! Mas Heru… hehehe. Kakak yang nemu di padang pasir ini nyeramahin panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannng bgt, yg bikin aku tiba2 beli buku agenda dan nulis semua persiapan. Yahhh… 5 tahun ke depan 
Belom selese sih..tapi paling gak udah mulai ya pemirsa :P
Jadi,,, siapin baju buat kerja, siapin mental, siapin otak yang fresh buat nyambut tantangan besok 
Oya, rencananya mo mulai nulis terus seputar dunia marketing di media. Moga-moga bermanfaatlah yaaaaa……
Dan buat BHP yang udah menampungku selama 11 bulan ini… hiks hiks… semoga rekan-rekan jurnalis yang lucu-lucu segera datang menyerbu dan jadi rame lagi deeeh… bantuin Mbak Novy, Pak Tunjung, Abi, dan Sakti :D








♥ One Stop Moment :) ♥  

Posted by: Intan Lingga in

Semoga,, keceriaan ini selalu bisa jadi kenangan manis yang mengikat kami semua :))
Doanya, pasti, semua wajah di sini bakal jadi orang sukses di bidangnya masing-masing,, amiiiinnnn :)






Ada Ninda, Hesti, Suci, Mida, Heri, Ayu, Pewe, Sakti, Triska, Ovi, Rusbi, Purba, Tasya, Iyans, Angga, sama Kerli :)

My bestest hope for all of us :)
God bless us,, forever :)

June, 2th 2012

Thanks for Alvin Photo :)

Ke-Indonesia-an Dapat Dimulai Dari Kelokalan  

Posted by: Intan Lingga in ,









Pancasila dan Ke-Indonesiaan dapat dimulai dari kelokalan yang ada. Dengan mengangkat hal-hal lokal yang sederhana dalam interaksi sehari-hari, nilai-nilai Pancasila dapat dilestarikan. Misalnya dalam mata pelajaran, banyak hal-hal lokal yang bisa diimplementasikan oleh guru dan dosen agar murid mau pun mahasiswa kenal dengan nilai-nilai lokal.
Hal tersebut disampaikan oleh Drs. H. M. Idham Samawi, Mantan Bupati Bantul, saat menjadi pembicara dalam Seminar Peringatan Bulan Bung Karno yang bertema “Pancasila, Jati Diri Bangsa, dan Siasat Kaum Muda di Tengah Era Globalisasi”, yang diselenggarakan oleh Panitia Bulan Bung Karno yang bekerja sama dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (6/6) bertempat di Kampus Terpadu UMY. Dalam seminar ini juga dihadirkan Nur Kholik Ridwan (Penulis Buku Gus Dur dan Negara Pancasila) dan Fajar Junaedi, M,Si (Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UMY) sebagai pembicara. Acara ini merupakan rangkaian acara Peringatan Bulan Bung Karno yang akan diakhiri dengan Panggung Rakyat, bertempat di DPRD DIY, 20 Juni mendatang.
Idham mengatakan, internalisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan dengan cara yang sederhana. “Misalnya, dalam pelajaran Matematika, yang dikenalkan jangan ‘dua Aple Washington ditambah dua Apel Malang sama dengan berapa?’. Tapi munculkan hasil-hasil lokal. Kalau itu di Bantul, lalu apa hasil bumi Bantul? Bisa diterapkan seperti itu,” ujarnya.
Indonesia, lanjut Idham, hanya butuh satu orang saja untuk mengubah keadaan. “Satu orang saja, tapi yang berani, punya kapasitas, punya integritas. Satu orang itu harus siap memperjuangkan kedaulatan rakyat. Punya nyali dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila mengandung nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia,” lanjutnya.
Pembicara yang lain, Nur Kholik Ridwan, mengatakan bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah pemimpin berjiwa negarawan. “Saat ini, belum ada pemimpin yang siap menerima kekalahan demi rakyatnya. Untuk mendandani bangsa ini, kita harus tahu betul tentang sejarah, paham betul bagaimana menerapkan nilai Pancasila dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Kita juga harus dapat memanfaatkan Demokrasi dan Teknologi Informasi untuk melakukan perlawanan,” jelasnya.
Sementara Fajar Junaedi menambahkan, secara sederhana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan mahasiswa dengan menanamkan jiwa anti copy-paste.  “Lebih baik membuat karya sederhana yang orisinil, dari pada karya bagus tetapi hasil nyontek,” pungkasnya. 

Pemimpin Harus Berjiwa Pancasila  

Posted by: Intan Lingga in




Setiap pemimpin di Indonesia harus berjiwa Pancasila. Pemimpin harus mampu menghayati nilai-nilai Pancasila serta memahami makna Bhineka Tunggal Ika. Dengan demikian, segala kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin, dasarnya adalah nilai-nilai Pancasila demi kepentingan rakyat. Selain itu, seorang pemimpin juga harus paham mengenai pluralitas agar implementasi Pancasila dapat disesuaikan dengan kultur masyarakat yang notabene berbeda satu sama lainnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Drs. H.M. Idham Samawi, Mantan Bupati Bantul, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional berjudul “Membingkai Kepemimpinan Indonesia, Merubah Wajah Demokrasi Indonesia Demi Mewujudkan Cita-Cita Konstitusi”, yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (5/6) bertempat di Aula Masjid Ahmad Dahlan, UMY.

Idham mengatakan, mahasiswa adalah calon-calon pemimpin bangsa. Oleh karena itu, mahasiswa harus dididik agar nilai-nilai Pancasila dapat melekat dan menjadi pedoman kepemimpinan. “Pancasila itu bukan harus disakralkan, justru harus diamalkan. Tidak perlu jauh-jauh, misalnya, ada pedagang pasar tradisional yang terjerat rentenir, karena buta huruf dan tidak punya nyali masuk ke bank yang resmi. Mahasiswa dapat mengadvokasi, bagaimana caranya agar pedagang itu bisa mendapatkan kredit dari bank yang resmi, kalau perlu buatkan surat-suratnya. Jadi tidak membiarkan pedagang semakin terlilit hutang. Pedagang yang buta huruf itu mungkin saja tidak tahu, atau tidak berani,” jelasnya bersemangat kepada para mahasiswa.

Bangsa Indonesia, lanjut Idham, harus dididik dengan ideologi, yakni Pancasila. Hal ini penting agar pemimpin-pemimpin masa depan Bangsa Indonesia kelak mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. “Bangsa-bangsa yang besar di dunia itu, katakanlah misalnya Amerika, dididik dengan ideologi. Coba amati film-film dari Amerika. Walau pun sebentar, pasti bendera Amerika selalu muncul. Mereka dididik dengan ideologinya. Begitu pula Indonesia. Saya yakin, pendiri bangsa ini memiliki maksud tertentu mengapa mencetuskan Pancasila. Jangan hanya karena sebuah perbedaan lalu kita saling menindas. Apa pun agamanya, warna kulitnya, kita adalah sama-sama manusia yang butuh oksigen, butuh makan. Itulah persatuan yang harus dibangun,” ujarnya. 

Yogyakarta, 5 Juni 2012

Pemilu Berkualitas Adalah Agenda Bersama  

Posted by: Intan Lingga in

Pemilihan umum (pemilu) 2014 harus menjadi agenda bersama, demi tercapainya pemilu yang berkualitas. Menciptakan pemilu yang berkualitas bukan hanya menjadi agenda KPU (Komisi Pemilihan Umum) saja, namun seharusnya juga menjadi agenda partai dan masyarakat sipil. Harus ada sinergi antara penyelenggara pemilu yang jurdil (jujur adil), partai politik yang berkualitas, serta pertautan publik yang kuat. Pencapaian pemilu 2014 yang berkualitas ini penting, karena melihat pemilu 2009 yang banyak memiliki catatan kurang memuaskan, bukan tidak mungkin, kegagalan pemilu di 2014 akan menimbulkan banyak dampak yang negatif di masyarakat. 

Hal tersebut disampaikan oleh Sigit Pamungkas, SIP, MA, (Anggota Komisi Pemilihan Umum 2012-2017) dalam Seminar Nasional bertajuk “Menyongsong Pemilu 2014 Yang Berkualitas” (Sosialisasi UU No 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD, di Ruang Seminar Gedung AR. Fachruddin B Lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (22/5). Dalam acara yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (Komap) ini juga hadir Bambang Eka Cahya Widodo, SIP, Msi (Ketua Bawaslu 2010-2012) serta Dr. Inu Kencana Syafei (Rektor Universitas Pandanaran sekaligus Dosen Ilmu Pemerintahan UMY).

Menutur Sigit, dampak yang mungkin terjadi bila pemilu 2014 mendatang tidak berkualitas cukup mengkhawatirkan. “Bila pemilu nantinya tidak berkualitas, maka pemilu yang seharusnya meredakan konflik justru akan menjadi pemicu konflik. Pemilu yang berkualitas juga penting agar dapat menjadi legitimasi kemenangan aktor-aktor politik pemenang pemilu. Kalau sampai pemilu 2014 gagal lagi, maka rakyat akan semakin sentimentil terhadap demokrasi yang sedang terjadi di Indonesia, dan akhirnya berpotensi menurunkan partisipasi pemilih di pemilu,” ungkapnya. 

Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Sigit, harus ada indikator-indikator sebagai panduan agar pemilu berjalan secara berkualitas. “Antara lain dengan dilaksanakannya pemilu tersebut oleh penyelenggara yang profesional, independen, dan kredibel. Independen artinya penyelenggara mampu menjaga jarak yang sama dengan berbagai aktor politik, baik yang sedang berkuasa mau pun yang tidak. Selain itu, beberapa indikator yang lainny adalah hak pilih bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat, tingkat literasi (melek) politik masyarakat yang baik, partai dengan program yang kuat, kandidat dengan rekam jejak yang positif, peradilan pemilu yang cepat dan independen, konversi suara yang tepat, serta kompetisi yang fair,” terangnya.

Pembicara yang lain, Bambang Eka Cahya, menambahkan bahwa sebuah pemilihan umum selalu memiliki stakeholder yang harus bersinergi satu sama lain agar semua berjalan dengan baik. “Stakeholder pemilu yaitu peserta pemilu baik pasangan calon mau pun perseorangan, media massa dengan berbagai kepentingannya, masyarakat pemilih, serta pemerintah baik pusat mau pun daerah, yang ke semuanya harus bersinergi dan saling mendukung,” terangnya.


Yogyakarta, 22 Mei 2012

JKSG UMY Luncurkan “Herry Zudianto Fellowship Award”  

Posted by: Intan Lingga in


Jusuf Kalla School of Government Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (JKSG UMY) melakukan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) dengan Herry Zudianto, mantan Walikota Yogyakarta. Kerja sama ini dilakukan UMY dalam rangka melakukan inovasi di dunia pendidikan yang semakin kompetitif dan penuh tantangan. Kerja sama ini bertujuan untuk semakin mengembangkan berbagai program yang telah dirintis JKSG, seperti penelitian maupun seminar dengan skala nasional dan internasional. Penandatanganan MoU ini juga menandai diluncurkannya “Herry Zudianto Fellowship Award”, di mana fellowship-nya disediakan oleh Herry Zudianto.

Demikian disampaikan oleh Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc, Direktur JKSG UMY, saat acara penandatanganan MoU berlangsung, Senin (21/5) di Kampus Terpadu UMY.

Menurut Nurmandi, Herry Zudianto Fellowship Award adalah bentuk penghargaan kepada Herry Zudianto, yang telah berhasil memimpin kota Yogyakarta sebagai walikota selama dua periode (2001-2011). “Beliau telah membawa perubahan yang besar terhadap Kota Yogyakarta ke arah yang lebih baik. Beliau juga masih terus melayani masyarakat dengan menjadi ketua PMI Yogyakarta,” ujarnya.

Terkait fokus dari fellowship award tersebut, Nurmandi menambahkan, “Herry Zudianto Fellowship Award akan fokus pada pengembangan kajian manajemen publik, peningkatan lesson learned bagi pejabat publik dalam meningkatkan kapasitas kepemimpinan manajer publik, upaya memberantas korupsi, serta diseminasi informasi sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia sektor publik,” jelasnya. Selain itu, lanjut Nurmandi, ada dua sub program yang akan dijalankan, yakni  Program Bantuan Pendidikan (Scholarship) dan Program Bantuan Riset (Research Fellowship). “Program Bantuan Pendidikan akan diberikan khusus bagi mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan UMY, sementara Program Bantuan Riset terbuka lebar bagi para peneliti/akademisi yang memiliki minat kajian pada Manajemen Publik dan isu-isu terkait governance. Tentu saja, akan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), TOEFL, dan yang lainnya dalam memperoleh Program Bantuan Pendidikan,” terang Direktur JKSG yang juga  Dekan Fisipol UMY ini.

Herry Zudianto sendiri yang juga datang dan menandatangani MoU , mengaku bangga dan senang dengan adanya kerja sama ini. “Suatu kehormatan bagi saya, karena sudah ‘dijawil’ untuk ikut berperan serta di sini. Semoga bisa memperluas peran agar dapat semakin bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Herry yang saat ini aktif menjadi ketua PMI DIY.

Biro Humas dan Protokol UMY
21 Mei 2012

Tapak Suci UMY Raih Runner Up di UNAIR CUP  

Posted by: Intan Lingga in

UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berhasil membawa pulang medali Runner Up (Juara II) di Kompetisi UNAIR CUP, Surabaya. Tim Tapak Suci yang diwakili oleh Akbar Abdul Ghafar (Ilmu Ekonomi 2010) dan Wisnu Sapto Nugroho (Pertanian 2009) ini mengikuti jenis pertandingan “Fight”, yakni bertarung dengan sistem gugur dalam Invitasi Pencak Silat Tapak Suci Se-Jawa dan Sumatera 2012. Wisnu Sapto Nugroho berhasil menjadi Runner Up setelah tiga kali bertanding m elawan UAD (2 kali) dan STAI Lukman Hakim.
Seperti disebutkan Wisnu Sapto Nugroho pada Rabu (16/5) saat ditemui di Kampus Terpadu UMY, dirinya dan tim Tapak Suci UMY berangkat ke Surabaya pada tanggal 4 Mei untuk mengikuti jalannya acara sampai dengan tanggal 13 Mei 2012. Selama kurang lebih 9 hari, tim Tapak Suci UMY mengikuti rangkaian pertandingan yang melibatkan sekitar 800 orang peserta, mulai SD (Sekolah Dasar) hingga mahasiswa. “Untuk pertandingan mahasiswa, diikuti oleh 22 Universitas Se-Indonesia. Kami mengikuti pertandingan “Fight”, bertarung di matras dengan sistem gugur. Jenis pertandingannya ada dua, “Fight” dan “Seni”. Kalau yang “Seni”, lebih menekankan pada rangkaian jurus yang digunakan,” ujar mahasiswa kelahiran Banjarnegara, 21 Juli 1991 ini.
Walau pun membanggakan, Wisnu sebenarnya menginginkan untuk menjadi Juara Pertama. Namun demikian, banyak hal dapat dijadikan pembelajaran baginya. “Dilihat dari jam terbang kami, khususnya saya, masih kurang. Persiapan mengikuti pertandingan pun masih sangat kurang. Sehingga setelah mengikuti lomba ini, saya dapat membagi pengalaman saya kepada teman-teman di UKM Tapak Suci UMY, untuk lebih rajin berlatih. Latihan rutin itu wajib, selain itu juga harus sering try out keluar untuk semakin meningkatkan kemampuan,” tegas mahasiswa yang menargetkan untuk lebih baik lagi di pertandingan selanjutnya ini. Rekan satu tim Wisnu, Akbar Abdul Ghafar, bertanding hingga perempat final, namun kemudian gugur di perempat final tersebut.


Yogyakarta, 16 Mei 2012

Bedah Buku "A Giant Pack of Lies: Menguak Kebohongan Industri Rokok"  

Posted by: Intan Lingga in

Banyak sekali kebohongan dilakukan oleh industri rokok. Beberapa diantaranya adalah ditutupinya dampak negatif pada kesehatan dengan dalih akan menghilangkan pekerjaan para petani tembakau, ditutupinya fakta bahwa rokok memiliki kaitan langsung pada pembentukan kanker di dalam tubuh, dan masih banyak lagi. Selain itu, rokok juga memiliki konsekuensi ekonomi. Perokok cenderung lebih mementingkan membeli rokok dibandingkan makanan sehat, pendidikan, dan kesehatan.
Bila di negara maju rokok sudah ditinggalkan karena merupakan pembunuh nomor satu, di Indonesia perokok muda justru jumlahnya semakin bertambah besar. Hal ini diperparah karena pemberantasan rokok lebih sulit dilakukan di Indonesia karena pemerintahnya korup dan lemah.
Oleh karena itu, MTCC dan FKIK UMY ingin berkontribusi aktif dalam perwujudan Indonesia yang lebih baik dengan menggelar Bedah Buku “A Giant Pack of Lies: Menguak Kebohongan Industri Rokok”, yang akan dilaksanakan pada Hari Sabtu, 12 Mei 2012, Pkl. 09:30 – 12:00 WIB, di Ruang Sidang Gedung AR Fachrudin B Lt. 5, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam acara ini akan dihadirkan Mardiyah Chamim (Penulis Buku “A Giant Pack of Lies: Menguak Kebohongan Industri Rokok”) sebagai pembicara, serta H. Herry Zudianto, SE, Akt, MM (Walikota Yogyakarta 2001-2006 dan 2006-2011) dan Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec (Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) sebagai pembahas.
Buku “A Giant Pack of Lies : Menguak Kebohongan Industri Rokok” menggali sisi keindustrian dan menguak propaganda menyesatkan yang dilancarkan industri rokok. Dari acara yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY ini, diharapkan akan mampu menginformasikan kepada masyarakat luas dan membuka pemahaman dan kesadaran mengenai rokok. Untuk itu, acara ini perlu disebarluaskan sebagai kampanye besar untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sadar dan mampu beraksi, sekaligus berdampak untuk menjadikan DIY sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

Yogyakarta, 11 Mei 2012

Distribusi Guru di Indonesia Belum Merata  

Posted by: Intan Lingga in

Pendidikan di Indonesia masih mengalami keadaan yang problematik. Distribusi guru masih belum merata, di samping kualitasnya yang masih rendah. Sebanyak 21% sekolah di perkotaan, 37% sekolah di pedesaan, dan 66% sekolah di daerah terpencil masih kekurangan guru. Padahal, jumlah guru tersedia banyak di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Anies Baswedan, Ph.D., penggagas Indonesia Mengajar sekaligus Rektor Universitas Paramadina, saat mengisi Roadshow Indonesia Mengajar, Selasa (8/5) bertempat di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Acara ini adalah acara yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMY untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei yang lalu.
Dalam kesempatan ini, Anies menjelaskan bahwa Indonesia Mengajar adalah upaya untuk melihat pendidikan sebagai gerakan, bukan hanya program. “Bila sebagai program, maka masyarakat hanya sebagai penerima program saja. Tetapi, apa kita akan membiarkan saja pemerintah menyelesaikan permasalahan pendidikan dengan hanya menontonnya? Kalau gerakan, maka itu adalah juga milik kita, kita ikut bergerak,” jelasnya.
Indonesia Mengajar, menurut Anies, adalah salah satu upaya melakukan sesuatu untuk bangsa Indonesia. Selain menginspirasi, para pengajar muda ditempa untuk belajar mandiri dan mengajarkan sesuatu yang baru, di tempat yang sebelumnya mungkin tidak pernah terpikirkan. “Mengajar di pelosok negeri ini, bukan sesuatu yang mudah. Perlu usaha untuk dapat bertahan dengan keterbatasan. Bukan hanya akan menjadi inspirasi, tetapi pengajar muda akan belajar melakukan lompatan jauh,” lanjutnya.
 
Yogyakarta, 8 Mei 2012

Pemilih Kritis, Kunci Meminimalkan Politik Uang  

Posted by: Intan Lingga in

Politik uang bagaikan kentut. Tidak jelas siapa yang mengeluarkan, tetapi baunya menyengat. Politik uang dapat kita rasakan, tetapi pelakunya sulit sekali ditangkap. Bahkan, yang tertangkap basah sedang membagi-bagikan uang pun tidak dihukum. Sebagian orang menganggap bahwa politik uang adalah hal yang biasa dilakukan dari mereka yang hendak menjabat sebagai kepala daerah atau anggota dewan. Padahal, praktik politik uang inilah yang menggagalkan suksesnya pemilukada/pemilu yang diharapkan menjadi mekanisme pergantian kekuasaan di daerah dengan cara yang demokratis, jujur, adil, dan transparan.

Dr. Zuly Qodir, Dosen Pasca Sarjana/Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengatakan hal tersebut saat mengisi Workshop “Pengaruh Politik Uang Terhadap Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu”, Rabu (2/5) bertempat di Kampus Terpadu UMY. Dalam acara yang diselenggarakan oleh Fisipol UMY bekerja sama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul ini, juga menghadirkan Zaenal Arifin Muchtar, SH.,LL.M (PUKAT UGM) dan Dr. Inu Kencana Syafei (Dosen Fisipol UMY) sebagai pembicara.

Menurut Zuly, saat ini praktik politik uang masih sangat tinggi di Indonesia. “Praktik politik uang mendominasi sepanjang pilkada 2011. Dari catatan Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu), dari 1.718 laporan dugaan pelanggaran yang diterima selama pelaksanaan pilkada, sebanyak 367 laporan di antaranya masuk dalam kategori politik uang. Politik uang ini biasanya muncul dalam bermacam bentuk menjelang pilkada, seperti bujukan untuk menyoblos dengan imbalan rupiah, pemberian hadiah, dan diselenggarakannya berbagai turnamen menjelang pemilukada,” jelasnya.

Dilihat dari dampaknya, lanjut Zuly, yang paling membahayakan dari praktik politik uang adalah adanya keinginan untuk segera mengembalikan ‘modal’ yang telah dikeluarkan selama proses pemilu/pemilukada. “Gaji tiap bulan yang didapat kandidat bila terpilih tentulah tidak cukup untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan sebelumnya. Jalan satu-satunya adalah korupsi. Tidak sedikit kandidat pilkada yang berusaha mencari dana perseorangan atau kelompok tertentu untuk membiayai ambisinya menjadi kepala daerah. Jika terpilih nanti, tentu dia harus siap membayar kembali dana yang telah dipakainya itu,” ujarnya.

Zuly menambahkan, hal penting yang harus dilakukan adalah memberikan pendidikan politik agar pemilih (khususnya di Indonesia) mampu menjadi pemilih kritis, bukan pemilih pragmatis (hanya menyoblos dan tidak mau tahu lagi), bukan pula pemilih oportunis (yang justru memanfaatkan untung rugi dari terselenggaranya pemilu/pemilukada). “Warga negara yang kritis akan berdampak pada kualitas pemilu yang diselenggarakan. Saat ini, kecenderungan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia adalah terlalu mahal dari sisi biaya, tetapi minim kualitas, karena pemilihnya tidak kritis. Pemilih kritis adalah pemilih yang mengetahui pentingnya pemilu sebagai proses politik,” terangnya.

Yogyakarta, 2 Mei 2012