Pendadaran ya?  

Posted by: Intan Lingga in


Kembali di kursi Biro Humas dan Protokol UMY, tempat yang adem dan menjadi rumah keduaku sejak Agustus 2011. Kembali ngetik rilis, berita tentang lomba debat bahasa Inggris kemarin sore di Mandala Bhakti Wanitatama. Ngantuuuuuuuuuuuuukkkk ;). Bukan karena kurang tidur sih, tapi karna sepagian tadi tegang demi pendadaran jam 11.00.. yang ternyata, bukannya menegangkan tapi seruuuuuu ;)

Beruntung banget rasanya, bisa diuji sama Bu Muria Endah dan Mbak Firly Annisa. Dua dosen ini adalah dosen yang terkenal cerdas, kritis, dan masih banyak lagi. Dan jadilah momen pendadaranku menjadi momen yang penuh pertanyaan-pertanyaan dari beliau-beliau ^_^

Baiklaaah, harus aku akui, pendadaran yang aku lalui tadi ternyata bukan sesuatu yang super duper gimanaaaaaaaaa gitu. Walau pun nantinya ada titik koma S.Ikom di belakang namaku, rasanya tetap biasa aja. Kecuali mungkin, tanggung jawab yang lebih besar yang tiba-tiba nyantol di gantungan punggungku ini. Hehehe....

Satu orang yang tidak akan pernah lepas dr momen paling penting selama di UMY ini adalah Bu Triiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ;))

Orang tua ku yang kesekian ini adalah sosok yang kuat, cerdas, tekun, sabar, dan semuaaaaanya. Bimbingan dengan Bu Tri adalah sebuah momen pembelajaran yang sangat berharga. Aku belajar banyak hal dari Bu Tri, bukan hanya masalah skripsi, tapi jauh lebih luas dari itu ;) I Love U Bu Triiiiiiii. Doaku untuk Bu Tri selalu =)

Satu sosok lagi, Saktipan. Orang yang setiap hari ngintilin aku ini udah seperti adikku sendiri, teman seperjuangan yang bahkan sampai masa pendadaran pun jam ujian kami mepet. Wkwkwk... semoga sukses ya Sak,, perjuangan masih panjang! Dan keep contact. Semoga suatu saat kita bisa mempertemukan anak-anak kita di momentum yang ga terduga, dan aku bakal minta anakmu manggil aku Tante Cantik,, hahahahaha..















Di Indonesia, Koruptor Tetap Dihormati  

Posted by: Intan Lingga

Kita memusuhi teroris, tapi tidak memusuhi koruptor. Di Indonesia, koruptor bisa menjadi orang terhormat. Seorang koruptor yang rajin menyumbang di kampungnya, bisa jadi seseorang yang dihormati di kampung itu. Masyarakat Indonesia masih terlalu permisif, sehingga menjadi koruptor rupanya tidak serta merta membuat orang dimusuhi lingkungannya. Selama budaya ini tidak diubah, maka akan sulit bagi Indonesia untuk menerapkan pemerintahan yang bersih dan transparan.

Hal ini dikatakan oleh Fahmi Idris, Mantan Menteri Perindustrian, dalam seminar “Good Governance” yang diselenggarakan oleh Jusuf Kalla School of Government (JKSG) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (12/4) di Kampus Terpadu UMY. 

Seperti dikatakan Fahmi, yang bisa merubah keadaan ini adalah kaum terpelajar. “Kaum terpelajar, seperti misalnya mahasiswa, adalah orang-orang yang diharapkan akan mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. Hal ini karena mereka bisa melogikakan semua yang terjadi, terlatih untuk berargumen dalam menerima dan menolak sebuah keputusan, kaya dengan teori-teori dan pemahaman, serta bisa melihat dari banyak sisi,” ujarnya. 

Fahmi menambahkan, semua negara bisa menerapkan pemerintahan yang efektif, tidak terkecuali. Asal, pemimpin dan warga negara menyadari pentingnya hal ini. Untuk itu, dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu merealisasikan program yang sudah disusunnya. “Ibarat gerak jalan, saat pemimpin meneriakkan balik kanan, masih ada yang anggotanya yang belok kanan, belok kiri, ata malah berjalan-jalan. Artinya, pemimpin tidak efektif. Selain pemimpin yang harus mampu memimpin dengan efektif, juga diperlukan masyarakat yang terus dipandaikan,” lanjutnya. 

Ada dua konsep kekuasaan, lanjut Fahmi, kekuasaan abstrak dan konkret. Di negara maju, kekuasaan cenderung abstrak, karena merupakan kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya, pemimpin dipilih karena rakyat percaya. Sebaliknya, di negara berkembang, kekuasaan adalah konkret. Sehingga pemimpin seakan bebas memberi wewenang. “Dulu, ada beberapa departemen yang seperti super departemen. Mengeluarkan uang, mencatatnya, sekaligus menerima uang. Seharusnya tidak boleh. Yang menerima, mencatat, dan mengeluarkan seharusnya dari pihak yang berbeda, itu baru benar,” pungkasnya.

Mengecoh Serangga Dengan Lampu UV  

Posted by: Intan Lingga in



Salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha tani adalah pengendalian hama. Sampai saat ini, cara yang paling efektif untuk membasmi hama adalah dengan menyemprotkan pestisida pada tanaman. Namun demikian, pestisida rupanya membawa dampak negatif, seperti menempelnya racun pada tanaman yang seringkali sulit dibersihkan dan membahayakan kesehatan bila termakan. Melihat hal tersebut, muncullah ide untuk mencari alternatif lain untuk pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan,yakni dengan menggunakan rangsangan lampu. Dan ternyata, lampu TL (Tubular Lamp) dengan jenis warna UV (ultra violet)-lah yang paling efektif untuk mengecoh serangga.
Hal tersebut dijelaskan oleh Nur Rokhimah, Mahasiswi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2010 saat diwawancarai perihal penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Serangga”, di Kampus Terpadu UMY, Senin (9/4).
Menurut Nur, penelitiannya cukup sederhana untuk dilakukan. “Untuk penelitian ini, hanya dibutuhkan bola lampu saja. Lebih efektif bila menggunakan lampu TL karena lebih terang. Bola lampu diletakkan di pembatas sawah atau galengan, saat malam hari. Di bawah lampu tersebut disediakan nampan yang sudah diberi lem lalat. Malam hari mulai dipasang, pagi hari kita sudah dapat melihat serangga-serangga dan hama yang kecil-kecil sudah terperangkan di sana,” ucap Nur.
Dalam penelitian lapangan yang dilakukannya selama sebulan penuh ini, Nur menemukan bahwa warna lampu yang paling efektif untuk menarik serangga untuk datang adalah Ultra Violet. “Saya mencoba lima warna lampu, yang ada di pasaran, warna merah, kuning, UV, biru, dan putih untuk lampu TL. Sedangkan lampu pijarnya menggunakan warna merah, kuning, biru, putih, oranye. Daya yang dibutuhkan sebanyak 220 volt. Lampu bisa disambungkan dengan listrik yang ada di rumah,” lanjutnya.
Masih menurut Nur, penelitiannya dilakukan di empat buah sawah. Sawah yang diambil adalah sawah di area Kampus Terpadu UMY, dan sebagai pembandingnya, Nur melakukan penelitiannya di lapangan. “Dari area penelitian, didapatkan hasil bahwa penelitian yang dilakukan di sawah lebih banyak didapat serangga yang terperangkap, dari pada di lapangan. Serangga tersebut meliputi serangga-serangga kecil seperti wereng, dan lain sebagainya. Perbandingannya hampir satu banding setengah. Di sawah, nampan yang ditimbang memiliki berat serangga sekitar 3 gram, sementara di lapangan hanya setengahnya,” pungkasnya.

Bakti Sosial UMY : Ajak Warga Sekitar Kampus Ikut Awasi Mahasiswa  

Posted by: Intan Lingga in

Pengawasan kampus terhadap mahasiswa sangat terbatas. Dari 24 jam, hanya beberapa jam saja kampus dapat mengawasi mahasiswanya. Karena itu, dibutuhkan kerja sama antara kampus dengan masyarakat sekitar. Hal ini penting dilakukan, agar masyarakat sekitar dapat turut mengawasi mahasiswa, agar nantinya seorang mahasiswa dapat dikembalikan kepada orang tuanya dalam keadaan yang lebih baik, ilmu mau pun akhlaqnya.
Kerja sama tersebut yang coba diciptakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada rangkaian milad ke-31 UMY “Muda Mendunia”, UMY menggelar “Bhakti Sosial, Pasar Murah, dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis”, bertempat di Aula Masjid Ahmad Dahlan. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Marsudi Iman, Dosen Fakultas Agama Islam UMY, saat mengisi pengajian dalam rangkaian acara Bakti Sosial, Minggu (1/4).
Marsudi mengatakan, berdirinya UMY harus dapat menghadirkan manfaat bagi sekitar. Dengan adanya sebuah institusi pendidikan, perekonomian masyarakat sekitar dapat ikut berkembang. Oleh karena itu, harus selalu ada kerja sama yang saling menguntungkan antara kampus dan masyarakat sekitar. “Orang tua menitipkan anak-anaknya kepada UMY. Namun demikian, pengawasan kampus tentu saja terbatas. Untuk itu, UMY menitipkan pengawasan kepada masyarakat sekitar, apalagi yang kebetulan menjadi induk semang bagi mahasiswa yang kos di rumahnya,” ungkapnya.
Marsudi juga menghimbau kepada masyarakat sekitar untuk turut mengingatkan dan jangan segan-segan menegur mahasiswa. “Mahasiswa, bila ada tingkah laku yang kurang baik, mohon diingatkan. Bila tata kramanya kurang baik, juga sebaiknya segera ditegur, atau dilaporkan kepada pihak kampus sebagai yang bertanggungjawab. Bagaimana pun juga, kampus memiliki tanggung jawab untuk membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang unggul dan Islami,” lanjutnya.
Ketua Panitia milad,   Dr. Nano Prawoto, SE, M.Si mengatakan, ini adalah kali kedua bakti sosial selama rangkaian acara Milad ke-31 UMY. Acara ini dilakukan khusus untuk masyarakat sekitar UMY. “Kami mengundang Takmir masjid di sekitar UMY, sejumlah 24 masjid. Total yang dibagikan berjumlah 471 paket sembako yang berisi minyak goreng 1 liter, beras 2 kg, gula pasir 1 kg, mie instan, teh, dan lain-lain,” ungkapnya.
Selain pembagian sembako, lanjut Nano, juga diadakan pemeriksaan gratis. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kesehatan secara umum untuk dewasa, serta penyuluhan dan prakter menggosok gigi untuk anak-anak. “Bagi masyarakat sekitar mau pun seluruh sivitas akademika UMY dapat melakukan periksa gratis, kesehatan umum, mau pun cek gula darah dan sebagainya. Bila perlu penanganan lanjut, akan didatangi ke rumahnya dan diterapi, gratis,” pungkasnya (intan)