Nasionalisme, yang seperti apa?  

Posted by: Intan Lingga in

Tergelitik dengan status Facebook salah satu sahabat hebat saya mengenai nasionalisme, saya tiba-tiba mencari-cari berita, artikel, blog, dan sejenisnya mengenai apa itu nasionalisme. Apakah nasionalis itu berarti setiap hari menyanyikan Lagu “Indonesia Raya..Merdeka..Merdeka..Hiduplaaaah…Indonesia Raya…”, atau seperti anak SD yang dengan lantang mengumandangkan Pancasila tanpa kesalahan di tiap sila-nya? Well, tentu saja bukan. Kita menghafal Pancasila bukan hanya untuk diucapkan bukan? Tapi diamalkan. Saya bukanlah orang yang fanatik dengan nasionalisme, karena saya merasa di era yang terus berlari seperti sekarang ini, saya pun bingung bagaimana seharusnya menjadi nasionalis. Tapi saya rasa saya cukup setia dengan bangsa saya ini (semoga..amin).
Sehari yang lalu, saya baru saya berkomentar dan sedikit mengulas tentang Daniel Sahuleka yang beberapa waktu yang lalu mengadakan konser di salah satu hotel berbintang lima di Yogyakarta, kota yang menjadi domisili saya sekarang sekaligus beberapa waktu terkena bencana letusan Merapi. Kalau tidak salah, tiket nonton konser itu dibandrol sekian ratus ribu hanya untuk tiket biasa dan lima ratus ribu untuk VIP-nya. Yang saya kagumi adalah idola saya itu datang jauh-jauh dari Belanda, menggelar konser mahal dan dananya didedikasikan untuk korban merapi. Padahal, beberapa kawan saya (di obrolan ringan angkringan jalanan) memberi tahu saya bahwa Jogja adalah kota yang sangat sulit mendapatkan penonton utk acara musik yang “mbayar”. Tapi ini mungkin agak berbeda, karena yang datang adalah tokoh dunia yag notabene pasti audience-nya sangat segmented dan tentu saja berkantong tebal.
Ok! Sekarang kita lihat beberapa waktu lalu, ‘ummat’ Indonesia memaki Malaysia karena mengklaim beberapa budaya Indonesia sebagai budaya-nya. Itu isu luar biasa yang bergulir beberapa lama, khususnya di dunia maya. Facebook, twitter, dan teman-temannya. Saya rasa sebetulnya dalam banyak hal Indonesia selalu saja kecolongan seperti itu. Entahlah, tapi saya salah satu orang yang malas untuk ikutan di situ, karena menurut saya itu pasti tidak akan bertahan lama untuk banyak orang. Hanya aka nada segelintir orang yang bertahan, yang sebagian banyak itu akan pindah ke isu yang lain. Indonesia penuh konformitas. Konformitas itu, keadaan saat seseorang takut ketinggalan “teman-temannya” lalu mengikuti mereka tanpa tahu bagaimana yang sebenarnya (kira-kira begitulah intinya).
Satu kasus lagi. Blackberry yang sekarang ini sedang ramai diperbincangkan. Saya tiba-tiba mendapat artikel tentang RIM yang mengunci semua data dan transaksi para pengguna BB (kalau dijelaskan panjang). Intinya adalah, RIM dilindungi pemerintah Kanada, semua orang pengguna BB yang ingin mengakses database-nya harus bertemu Kanada lalu Kanada akan menyampaikan pada RIM, lalu begitu sebaliknya. It means, kalau presiden kita dan jajarannya mau mengakses apa saja yang mereka bicarakan via BB Messenger harus menghubungi Kanada sebagai makelarnya dengan RIM. So..? Apa kita yang masih tertinggal masalah teknologi ini akan dapat mengantisipasi saat dokumen-dokumen penting tentang kerahasiaan negara bukan hanya bisa diintip, tapi dipelototi oleh pemerintah negara lain yang notabene memiliki otak, alat, dan mental yang jauh melebihi kita? Saya rasa tidak. Tamparlah diri kita!! (ini saya cuplik dari sahabat hebat saya yang lain), mental kita, otak kita, untuk lebih cerdas dan tidak picik memandang apa itu nasionalisme.
Jadi..? Apa itu nasionalisme? Bantu saya menemukannya kawan,… terimakasih utk sahabat-sahabatku yang hebat.
____Feel’inLucky____, 
Purbalingga, 20 Januari 2011


This entry was posted on Rabu, Januari 19, 2011 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar