Tangisku pecah.
Hanya karena wanita yang setipe dengan penghancur keluargaku.
Apakah aku memang selemah ini?
Tangis ini bukan karena siapa-siapa, mungkin.
Cuma sekelumit dendam yang mungkin masih berusaha menggerogoti.
Tapi ku tahan,
dan aku lelah.
Hanya saja... kenapa sosok seperti itu harus datang melalui seorang yang aku andalkan?
Tak cukupkah hidup ini membuatku terasingkan?
Sampai-sampai rasa tenangku memilikinya pun harus pergi juga.
Lalu aku harus percaya pada siapa?
Mungkinkan percaya bisa ikut datang saat kupanggil maaf?
Tapi maaf itu sepertinya terlalu merasa terbuang,
karena aku sangat sering memberikannya.
Tuhan,, jawablah ini,
Kau ingin aku menjadi apa? menjadi bagaimana?
mnjadi pendendam sejati atau pemaaf yang arif..?
Aku mencoba percaya, orang baik mendapat yang baik.
Tapi kenapa aku mencoba baik dan terus saja aku merasa sakit?
Dunia tidak peduli!!
Untuk apa mereka peduli..
Mereka berpikir uang, dan membuang yang perlu dibuang.
Aku pernah berkenalan dengan ketulusan,
tapi sepertinya sekarang dia sedang sibuk.
Hanya rasa dendam yang selalu ada di sampingku sekarang.
Dendam yang merasa aku panggil dengan adanya sosok perempuan itu.
Tapi aku merasa dendam ini tidaklah tulus.
Mungkin setelah seluruh tubuhku menghitam,
dia akan mencari tubuh lain yang masih putih.
Lalu aku ditinggalkan dalam keadaan hitam.
Aku takut.
Tapi sepertinya rasa takut tak mau menolongku.
Entahlah, sepertinya dia punya misi sendiri.
Lalu bagaimana ini Tuhan?
Kata mereka, jangan cuma panggil Tuhan saat sedih.
Tapi aku yakin Kau yang paling baik..
Tapi bagaimana cara kau memberitahuku?
Aku senang berteman dengan semua rasa,
tapi ini sekarang menjadi sulit.
Karena dendam terlalu pintar membujuk.
Yogyakarta, Anugerah. 29 Mei 2011
__Intanian__
Hanya karena wanita yang setipe dengan penghancur keluargaku.
Apakah aku memang selemah ini?
Tangis ini bukan karena siapa-siapa, mungkin.
Cuma sekelumit dendam yang mungkin masih berusaha menggerogoti.
Tapi ku tahan,
dan aku lelah.
Hanya saja... kenapa sosok seperti itu harus datang melalui seorang yang aku andalkan?
Tak cukupkah hidup ini membuatku terasingkan?
Sampai-sampai rasa tenangku memilikinya pun harus pergi juga.
Lalu aku harus percaya pada siapa?
Mungkinkan percaya bisa ikut datang saat kupanggil maaf?
Tapi maaf itu sepertinya terlalu merasa terbuang,
karena aku sangat sering memberikannya.
Tuhan,, jawablah ini,
Kau ingin aku menjadi apa? menjadi bagaimana?
mnjadi pendendam sejati atau pemaaf yang arif..?
Aku mencoba percaya, orang baik mendapat yang baik.
Tapi kenapa aku mencoba baik dan terus saja aku merasa sakit?
Dunia tidak peduli!!
Untuk apa mereka peduli..
Mereka berpikir uang, dan membuang yang perlu dibuang.
Aku pernah berkenalan dengan ketulusan,
tapi sepertinya sekarang dia sedang sibuk.
Hanya rasa dendam yang selalu ada di sampingku sekarang.
Dendam yang merasa aku panggil dengan adanya sosok perempuan itu.
Tapi aku merasa dendam ini tidaklah tulus.
Mungkin setelah seluruh tubuhku menghitam,
dia akan mencari tubuh lain yang masih putih.
Lalu aku ditinggalkan dalam keadaan hitam.
Aku takut.
Tapi sepertinya rasa takut tak mau menolongku.
Entahlah, sepertinya dia punya misi sendiri.
Lalu bagaimana ini Tuhan?
Kata mereka, jangan cuma panggil Tuhan saat sedih.
Tapi aku yakin Kau yang paling baik..
Tapi bagaimana cara kau memberitahuku?
Aku senang berteman dengan semua rasa,
tapi ini sekarang menjadi sulit.
Karena dendam terlalu pintar membujuk.
Yogyakarta, Anugerah. 29 Mei 2011
__Intanian__