Berakhirnya Monarkhi Komunis Korea Utara  

Posted by: Intan Lingga in



Eksistensi Korea Utara sebagai negara Monarkhi komunis satu-satunya di dunia mulai terancam. Kelangsungan dinasti Monarkhi Komunis mulai menghadapi permasalahan yang memicu banyak pihak berspekulasi. Hal ini terjadi bukan hanya karena Sang Putra Mahkota masih terlalu muda dan dianggap belum siap, tetapi juga dukungan kalangan elit dan militer di Korea Utara terhadapnya masih dipertanyakan. Sementara Kim Jong Un, yang akan menjadi pewaris tahta, justru dikabarkan telah ditembak oleh agen rahasia Jepang.

Hal ini menjadi diskusi yang menarik, yang akan digelar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Selasa, 21 Februari 2012, pukul 09.00-11.00 wib Bertempat di Gedung AR Fakhrudin A Lantai 4, Kampus Terpadu UMY. Seminar yang bertajuk “Berakhirnya Monarkhi Komunis Korea Utara” ini menghadirkan Prof. Dr. Tulus Warsito, Msi (Guru Besar Politik Internasional UMY dan Wakil Presiden International Association for Korean Studies in Indonesia) sebagai pembicara. Acara ini diselenggarakan oleh Panitia Bersama yang terdiri dari Program Doktor, Magister Ilmu Pemerintahan, dan Jurusan hubungan Internasional UMY.

Menurut Tulus, meninggalnya Presiden Kim Jong Il akhir tahun lalu menarik perhatian banyak orang. Bukan karena sebab-sebab kematiannya, melainkan mengenai akibat-akibat yang mungkin timbul sepeninggal kematian itu. “Korea Utara merupakan Negara Monarki Komunis satu-satunya di dunia. Sehingga, kematian pemimpin memicu perhatian orang untuk langsung melihat konstelasi kekuatan politik di keluarga mendiang presiden. Selain itu, hingga akhir hayatnya, mendiang Kim telah menikahi empat perempuan dan memiliki tiga anak laki-laki yang disiarkan secara resmi. Sedangkan dilihat dari urutan probabilitas yang sekarang ini dianggap paling layak adalah anak ketiga, Kim Jong Un,  padahal yang bersangkutan masih sangat muda dan belum berpengalaman,” ungkapnya.

Selanjutnya, masih menurut Tulus, pengukuhan Kim Jong Un sebagai presiden di tahun 2012 ini ditunda hingga tahun berikutnya. “Berhubung tahun 2012 ditetapkan sebagai tahun berkabung nasional, yang kebetulan bertepatan dengan ulang tahun seabad kelahiran Kim Il Sung, maka pengukuhan Jong Un sebagai presiden ditunda hingga tahun berikutnya. Semua point  di atas menimbulkan spekulasi perubahan konstelasi kandidasi politik di Pyongyang. Sehingga, hal ini menarik untuk dikaji lebih mendalam,” ucapnya. 



This entry was posted on Kamis, Februari 23, 2012 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar