Ke-Indonesia-an Dapat Dimulai Dari Kelokalan  

Posted by: Intan Lingga in ,









Pancasila dan Ke-Indonesiaan dapat dimulai dari kelokalan yang ada. Dengan mengangkat hal-hal lokal yang sederhana dalam interaksi sehari-hari, nilai-nilai Pancasila dapat dilestarikan. Misalnya dalam mata pelajaran, banyak hal-hal lokal yang bisa diimplementasikan oleh guru dan dosen agar murid mau pun mahasiswa kenal dengan nilai-nilai lokal.
Hal tersebut disampaikan oleh Drs. H. M. Idham Samawi, Mantan Bupati Bantul, saat menjadi pembicara dalam Seminar Peringatan Bulan Bung Karno yang bertema “Pancasila, Jati Diri Bangsa, dan Siasat Kaum Muda di Tengah Era Globalisasi”, yang diselenggarakan oleh Panitia Bulan Bung Karno yang bekerja sama dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (6/6) bertempat di Kampus Terpadu UMY. Dalam seminar ini juga dihadirkan Nur Kholik Ridwan (Penulis Buku Gus Dur dan Negara Pancasila) dan Fajar Junaedi, M,Si (Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UMY) sebagai pembicara. Acara ini merupakan rangkaian acara Peringatan Bulan Bung Karno yang akan diakhiri dengan Panggung Rakyat, bertempat di DPRD DIY, 20 Juni mendatang.
Idham mengatakan, internalisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan dengan cara yang sederhana. “Misalnya, dalam pelajaran Matematika, yang dikenalkan jangan ‘dua Aple Washington ditambah dua Apel Malang sama dengan berapa?’. Tapi munculkan hasil-hasil lokal. Kalau itu di Bantul, lalu apa hasil bumi Bantul? Bisa diterapkan seperti itu,” ujarnya.
Indonesia, lanjut Idham, hanya butuh satu orang saja untuk mengubah keadaan. “Satu orang saja, tapi yang berani, punya kapasitas, punya integritas. Satu orang itu harus siap memperjuangkan kedaulatan rakyat. Punya nyali dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, karena Pancasila mengandung nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia,” lanjutnya.
Pembicara yang lain, Nur Kholik Ridwan, mengatakan bahwa saat ini yang dibutuhkan adalah pemimpin berjiwa negarawan. “Saat ini, belum ada pemimpin yang siap menerima kekalahan demi rakyatnya. Untuk mendandani bangsa ini, kita harus tahu betul tentang sejarah, paham betul bagaimana menerapkan nilai Pancasila dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Kita juga harus dapat memanfaatkan Demokrasi dan Teknologi Informasi untuk melakukan perlawanan,” jelasnya.
Sementara Fajar Junaedi menambahkan, secara sederhana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan mahasiswa dengan menanamkan jiwa anti copy-paste.  “Lebih baik membuat karya sederhana yang orisinil, dari pada karya bagus tetapi hasil nyontek,” pungkasnya. 

This entry was posted on Rabu, Juni 06, 2012 and is filed under , . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar