Pemimpin Harus Berjiwa Pancasila  

Posted by: Intan Lingga in




Setiap pemimpin di Indonesia harus berjiwa Pancasila. Pemimpin harus mampu menghayati nilai-nilai Pancasila serta memahami makna Bhineka Tunggal Ika. Dengan demikian, segala kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin, dasarnya adalah nilai-nilai Pancasila demi kepentingan rakyat. Selain itu, seorang pemimpin juga harus paham mengenai pluralitas agar implementasi Pancasila dapat disesuaikan dengan kultur masyarakat yang notabene berbeda satu sama lainnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Drs. H.M. Idham Samawi, Mantan Bupati Bantul, saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional berjudul “Membingkai Kepemimpinan Indonesia, Merubah Wajah Demokrasi Indonesia Demi Mewujudkan Cita-Cita Konstitusi”, yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (5/6) bertempat di Aula Masjid Ahmad Dahlan, UMY.

Idham mengatakan, mahasiswa adalah calon-calon pemimpin bangsa. Oleh karena itu, mahasiswa harus dididik agar nilai-nilai Pancasila dapat melekat dan menjadi pedoman kepemimpinan. “Pancasila itu bukan harus disakralkan, justru harus diamalkan. Tidak perlu jauh-jauh, misalnya, ada pedagang pasar tradisional yang terjerat rentenir, karena buta huruf dan tidak punya nyali masuk ke bank yang resmi. Mahasiswa dapat mengadvokasi, bagaimana caranya agar pedagang itu bisa mendapatkan kredit dari bank yang resmi, kalau perlu buatkan surat-suratnya. Jadi tidak membiarkan pedagang semakin terlilit hutang. Pedagang yang buta huruf itu mungkin saja tidak tahu, atau tidak berani,” jelasnya bersemangat kepada para mahasiswa.

Bangsa Indonesia, lanjut Idham, harus dididik dengan ideologi, yakni Pancasila. Hal ini penting agar pemimpin-pemimpin masa depan Bangsa Indonesia kelak mampu merubah keadaan menjadi lebih baik. “Bangsa-bangsa yang besar di dunia itu, katakanlah misalnya Amerika, dididik dengan ideologi. Coba amati film-film dari Amerika. Walau pun sebentar, pasti bendera Amerika selalu muncul. Mereka dididik dengan ideologinya. Begitu pula Indonesia. Saya yakin, pendiri bangsa ini memiliki maksud tertentu mengapa mencetuskan Pancasila. Jangan hanya karena sebuah perbedaan lalu kita saling menindas. Apa pun agamanya, warna kulitnya, kita adalah sama-sama manusia yang butuh oksigen, butuh makan. Itulah persatuan yang harus dibangun,” ujarnya. 

Yogyakarta, 5 Juni 2012

This entry was posted on Rabu, Juni 06, 2012 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar