“Menangkap peluang” atau “mencari peluang”?  

Posted by: Intan Lingga in

Suka Bikin Event? Try This…!!^_^

Event Organizer, tidak hanya berfungsi sebagai penyelenggara event, tapi juga peng-konsep sekaligus pengeksekusi. Event yang berkualitas, tidak hanya mementingkan “keramaian” saat acara, tapi bagaimana event itu menyampaikan pesan sosial, tanpa mengurangi kreatifitas konsep acara dan pengunjungnya. Event yang sukses, tentu saja harus melihat pre event (sebelum hari H), during event (hari H), dan pasca event (setelah hari H).
Event yang gagal secara “manajemen”, belum tentu tidak meriah. Event itu mungkin saja berlangsung dengan sangat meriah, ramai. Tapi tidak akan ada artinya ketika manajemennya tidak berfungsi secara optimal. Itu sama saja membiarkan EO kita berjalan di tempat. Padahal, kemampuan manajerial dibutuhkan dalam segala hal, seseorang yang berkecimpung di dunia event organizer seharusnya dapat menjadikan dirinya eksekutor dengan kemampuan analisis yang cerdas.

--- menangkap atau mencari peluang?
Semua bisa anda jawab sendiri, namun penulis disini merekomendasikan agar anda lebih memilih untuk “menangkap peluang”.
Event yang sukses adalah yang dapat memberikan kesan tersendiri bagi peserta atau pengunjung acara. Menangkap peluang, berarti menggunakan waktu anda secara cerdas.
Memang, hal ini menuntut kita untuk rajin membaca (Koran, online news, atau apapun itu yang menampilkan berita), tapi bukankan itu membuat kita pintar?
Dan hal itu sedikit demi sedikit akan mengasah kepekaan analisis kita. Jadi, apa alasan untuk tidak membaca? (^_^ saya pun kadang malas membaca, tapi apa salahnya kita saling mengingatkan, hehehe..)
“Dunia sedang membicarakan apa detik ini?”

Itulah yang harus dipikirkan seorang pengkonsep acara. Isu publik bisa diangkat untuk kita buat event.  Kenapa? Karena kita bisa menangkap euphoria’nya. Satu hal yang sangat cerdas saya kira, saat sutradara favorit saya, Hanung Bramantyo, membuat Film Sang Pencerah beberapa saat setelah Event Akbar Muktamar 1 Abad Muhammadiyah. Secara cerdas beliau menangkap euphoria umat Muhammadiyah dan Film pun sukses booming. Dengan memanfaatkan “euphoria”, kita tidak perlu kerja dua kali, cukup mempublikasikan event kita, dan publik pasti sudah “ngeh” oleh awareness yang terbentuk karena moment sebelumnya. Logikanya sama seperti Bikin film Sang Pencerah dan Hanung tidak perlu menjelaskan siapa itu Ahmad Dahlan karena publik sudah “ngeh” sebelumnya akibat adanya event Muktamar. Saya suka menyebutnya dengan “kerja cerdas”.

Tapi, sayangnya sudah pasti akan banyak pihak “cerdas” yang juga  akan menangkap peluang dari “euphoria”. Karena itu, sebagai EO yang “tak terpatahkan”, harus ada inisiatif untuk membuat event yang kreatif. Apa itu kreatif? Secara mudah kita sebut saja “lain daripada yang lain”. Hal ini menuntut EO, atau konseptor untuk memiliki referensi yang luas tentang event. Caranya? Baca buku, atau datanglah sesering mungkin setiap kali ada event. Tujuannya jelas bukan untuk menjiplak event itu (!...!), tapi memilih-milih, apakah event itu bisa dibilang kreatif? Kenapa? dan pikirkan “apa yang belum ada disini?”
Ketika satu issue dibuat menjadi event, kemungkinan besar akan ada banyak pihak yang mengangkat issue yang sama untuk event-nya. Nah..!! disinilah keuntungan kita! ^_^
Saat semua pihak membuat acara yang sama, publik akan dapat memilih mana acara yang paling berkesan. Satu point lebih ketika kita bisa jadi “the different” kan?
Untuk bisa diterima masyarakat, analisis situasi dibutuhkan disini. Kita bisa menganalisis segala sesuatu mengenai target audience kita (bagaimana budaya’nya, apa nilai yang dianut, bagaimana sosial ekonominya, apa yang menjadi ketertarikan). Hal ini membuat acara kita efektif. Tentu saja, butuh waktu yang panjang untuk mendapatkan analisis yang akurat. Dan lagi-lagi, banyak membaca merupakan salah satu kuncinya. (Apa judul tulisan ini diganti “Manfaat Membaca” aja ya… hohoho).Buat teman-teman yang tertarik mempelajarinya, macam-macam analisis bayak ditemukan di Buku Komunikasi.

Jadi katakanlah : Menangkap peluang merupakan hal yang cerdas, tapi hal ini tidak aka nada artinya tanpa persiapan detail. Sama seperti bila kita ingin meledakkan bom, kita harus persiapka betul-betul amunisinya, berapa daya ledaknya, apa saja bahan-bahannya, berapa lama waktunya. Tapi itupun tidak aka nada artinya ketika kita tidak tahu dimana bom itu akan diledakkan. SELAMAT MENCOBA!!!^___^

Original by Miss Feel’inLucky

This entry was posted on Senin, Oktober 18, 2010 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

2 komentar

waduh...saya tidak menguasai bidang ini...kalo dari pengetahuan umum yang saya tau..info ini sudah sangat membantu...
*^^V

Ok...
bt baca2 aja....
ada yg komen ak uda seneng..^__^

kapan2 mampir lagi ya...

Posting Komentar