Pendidikan di Indonesia masih mengalami keadaan yang
problematik. Distribusi guru masih belum merata, di samping kualitasnya yang
masih rendah. Sebanyak 21% sekolah di perkotaan, 37% sekolah di pedesaan, dan
66% sekolah di daerah terpencil masih kekurangan guru. Padahal, jumlah guru
tersedia banyak di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Anies Baswedan, Ph.D.,
penggagas Indonesia Mengajar sekaligus Rektor Universitas Paramadina, saat
mengisi Roadshow Indonesia Mengajar, Selasa (8/5) bertempat di Kampus Terpadu
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Acara ini adalah acara yang
diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMY untuk memperingati
Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei yang lalu.
Dalam kesempatan ini, Anies menjelaskan bahwa Indonesia
Mengajar adalah upaya untuk melihat pendidikan sebagai gerakan, bukan hanya
program. “Bila sebagai program, maka masyarakat hanya sebagai penerima program
saja. Tetapi, apa kita akan membiarkan saja pemerintah menyelesaikan
permasalahan pendidikan dengan hanya menontonnya? Kalau gerakan, maka itu
adalah juga milik kita, kita ikut bergerak,” jelasnya.
Indonesia Mengajar, menurut Anies, adalah salah satu upaya
melakukan sesuatu untuk bangsa Indonesia. Selain menginspirasi, para pengajar
muda ditempa untuk belajar mandiri dan mengajarkan sesuatu yang baru, di tempat
yang sebelumnya mungkin tidak pernah terpikirkan. “Mengajar di pelosok negeri
ini, bukan sesuatu yang mudah. Perlu usaha untuk dapat bertahan dengan keterbatasan.
Bukan hanya akan menjadi inspirasi, tetapi pengajar muda akan belajar melakukan
lompatan jauh,” lanjutnya.
Yogyakarta, 8 Mei 2012
This entry was posted
on Kamis, Mei 17, 2012
and is filed under
Release Biro Humas UMY
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.