Kita Yang Bodoh, Egois, tapi Saling Mencintai..  

Posted by: Intan Lingga in

Di sinilah aku..
Kamar kosku tercinta, ditemani laptop yang siap online setiap saat. Headphone terpasang di kedua telingaku. Dengan setianya dia berbunyi, memutar lagu yang membuat otakku berkeliling. Dari Aerosmith, Dido, sampai Bob Dylan.
Lalu, aku tersenyum..
Bernyanyi sendiri, ditemani hujan di luar sana, suasana hangat di petang hari.. di kosku ini, yang entah sampai kapan akan aku tempati.. dia memang menunggu untuk menjadi kenangan. Yah…, semuanya memang hanya menunggu untuk menjadi kenangan. Aku sadar betul, lagu-lagu yang kuputar ini adalah lagu-lagu yang sama, yang kudengarkan dari bertahun-tahun lalu. Tak pernah berubah…!
Wake me up, when September Rain”-GreenDay, sedang melewati penyaring suara di telingaku ini. Lagu ini salah satu saksi percintaanku dengan dia.. sejak hampir 6 tahun yang lalu, dan tetap setia…selalu setia.
Sepasang anak manusia, yang saling menemukan. Itulah aku dan dia. Sebulan perkenalan, cukup bagi kami untuk menjalin cinta. Dua orang egois yang mencoba untuk saling mengerti. Tentu saja, kadang kami merasa bodoh melakukan ini, tapi cinta selalu menguatkan. Tak pernah ku tahu darimana datangnya cinta ini, yang jelas dia membawaku pada dunia baru… Yang berkesan, berbeda, lembut sekaligus brutal. Kami menabrak semua ketidakmungkinan.
Sungguh perjalanan yang jatuh bangun. Penuh kecupan, tamparan, kesetiaan, dan kebohongan. Semua ada pada cerita kami. Karena kami bodoh, benar-benar bodoh, tapi kami tahu bahwa tak ada yang lebih penting daripada dua orang bodoh dan egois yang saling jatuh cinta, dan mencoba untuk saling membahagiakan.
Kami belajar apa itu cinta, apa itu nafsu, apa itu setia, apa itu bohong, bahkan kami belajar apa itu mimpi. Dulu, mungkin tak pernah terpikir kami akan punya mimpi, tidak sama sekali. Kami Cuma dua orang yang putus asa, karena keadaan, karena tak tahu apa-apa. Cuma menghabiskan hari dengan memadu hati kami dan mendengarkan musik, kadang-kadang bernyanyi bersama, bertahun-tahun. Kami tak tahu arah, tak tahu harus kemana. Kami seperti anak burung yang baru bisa terbang, lalu terbang dan pergi, lalu tersesat.
Sampai perubahan itu datang. Semua hal membentuk kami. Kepahitan, keputusasaan, kesepian, kebingungan, kebuntuan.. dari sanalah mimpi kami lahir. Kami membenahi diri, mencoba bertahan dengan segala kerapuhan ini, kerapuhan diri, kerapuhan cinta. Aku hanya tahu, aku belum pernah jatuh cinta sampai tak ingin jatuh cinta lagi…seperti sekarang ini, untuk apapun, untuk siapapun! Sebodoh apapun cinta ini, aku ingin terus memilikinya.
Kami hanya percayai hati kami. Seperti dia percaya pada musiknya, pada harapan dan mimpinya atas musiknya.. seperti juga aku percaya pada mimpiku, dan keinginanku.
Kedua burung Parkit kecil itu seolah menjelma jadi Elang, yang siap terbang sendiri. Di tempat yang berbeda, sendiri, dengan mimpinya sendiri, tapi tetap saling mencintai. Kami terpisah, ratusan kilometer. Tapi buatku, dunia ini seolah hanya terisi aku dan dia..
Kami mulai melukis mimpi kami di atas kertas. Aku yang menggambar sketsanya, lalu dia yang mewarnai.. Gambar di atas kertas kami adalah, sebuah studio musik dengan café di sebelahnya. Tak ada yang istimewa di sana, kecuali dia yang akan terus bermusik, dan aku yang akan terus membuat event-event di cafeku. Tak kan ada menu spesial di sana, hanya akan ada event yang kubuat sepenuh hati, dengan dia memainkan gitar dan bernyanyi di sana. Itulah istana yang akan kami buat. Untuk hidup bahagia selamanya, sampai ajal membawa salah satu dari kami pergi untuk meninggalkan yang lain.
Di sana akan ada banyak pertengkaran, percintaan, mimpi, dan musik yang dimainkan dengan hati. Itulah mimpi kami. Bukan sekarang…, tapi paling tidak 10 tahun lagi, dan sekarang dia hidup dalam mimpi kami, pikiran kami, dan terpajang di kertas itu.
Kami saling mencintai, kami saling menguatkan, kami tahu ini pasti berat.. tapi aku pastikan aku akan bertahan, untuk dia, sama seperti aku bertahan untuk mimpiku… dan membuatnya bahagia..
Memang, yang aku mau masih banyak… aku mau jadi sejarah di negeri ini, dengan mimpi atas pendidikan, untuk Indonesia. Tapi itu bisa kulakukan sambil membahagiakan ‘dia’, Muiz.
Anugerah, Yogyakarta
__Intanian__

This entry was posted on Sabtu, Maret 19, 2011 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

2 komentar

Waw...Nice Dream say...^^

Itulah indahnya bermimpi...merancang sesuatu dimasa depan...smua dilukis dgn nuansa 'n warna yang indah...karena kita tahu smua akan seindah itu...meski jalan yang harus kita lalui kadang dipenuhi dengan air mata dan tetes-tetes kelelahan...tapi smua itu demi sebuah masa depan yang telah kita rajut...semua demi sebuah MIMPI...!

Semangat...!!!
Jangan pernah bhenti bermimpi dan berusaha...:))

Luph U Thaa.. makasi bt smangatnya ya..\(^8^)/

Posting Komentar