Demokrasi Indonesia Masih Minus  

Posted by: Intan Lingga in

Indonesia perlu melakukan perubahan politik. Karena walaupun memiliki sistem demokrasi dan sudah ada pemilihan umum, nyatanya masih banyak larangan bagi bangsa Indonesia. Salah satunya, masyarakat masih dilarang memiliki ideologi atas kepercayaan yang berbeda. Demokrasi Indonesia masih minus.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Max Lane, dosen tamu dari Melbourne University, pada saat memberikan ceramahnya di acara Public Lecture “Democracy and Political Education in Indonesia” Jumat (25/11) pagi. Acara ini diselenggarakan oleh Jusuf Kalla School of Government (JKSG) UMY bertempat di Kampus Terpadu UMY.
Max menyampaikan, pada tahun 2050 mendatang, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan menjadi 450 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang demikian banyak, sebenarnya Indonesia bisa membentuk kekuatannya sendiri. “Penduduk Indonesia adalah kekuatan bagi Negara Indonesia. Bangsa Indonesia harus bisa menjadi pelaku sejarah, menjadi organisasi yang bergerak, menjadi bangsa yang ingin menentukan nasib bangsanya sendiri. Masyarakat yang demikian banyak itu perlu mendapatkan pendidikan politik, agar dapat bergerak dalam bidang politik, untuk menentukan nasib bangsanya ke depan,” ujarnya.
Menurut Max, bangsa Indonesia harus mengingat lagi sejarah bangsanya. “Dulu, gerakan kemerdekaan dimotori oleh gerakan massa yang ingin merdeka. Salah satunya, organisasi politik massa berbasis Islam yang bergerak dengan cepat. Sekarang, Bangsa Indonesia  perlu mengingat kembali bahwa negara ini berdiri karena kemauan rakyatnya untuk merdeka. Jadi, bila ingin maju, Indonesia harus banyak belajar dari sejarah bangsanya.” terangnya antusias.
Lebih lanjut, Max menambahkan, bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki Mata Pelajaran Sastra Nasional dalam kurikulum sekolah menengahnya. “Dari SMP sampai lulus SMA anak Indonesia tidak dikenalkan dengan tulisan-tulisan di masa sejarah. Tidak dikenalkan pada pemikiran-pemikiran orang Indonesia saat revolusi. Padahal hal tersebut perlu agar kita tahu bagaimana sebuah gerakan massa bisa membawa rakyat pada sebuah kemerdekaan dan menentukan nasib bangsanya sendiri,” ungkapnya. 

JOGJA POS

This entry was posted on Minggu, November 27, 2011 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar