Membentuk Kepercayaan, Solusi Konfilk Papua  

Posted by: Intan Lingga in


Sebuah daerah tidak akan bisa maju bila di dalamnya terjadi konflik. Sama seperti berumah tangga, pendekatan dan saling percaya merupakan hal penting untuk membentuk rasa senasib dan menciptakan kebersamaan. Maka, mencari akar masalah dan membentuk kepercayaan adalah solusi untuk mengatasi konflik di manapun, juga di Papua. Dengan rasa saling percaya dan pendekatan yang tepat, maka konflik dapat dihindari.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Farid W. Husain, Mediator Konflik Papua, saat menjadi pembicara dalam Seminar Jusuf Kalla School of Government dengan Tema “Konflik Papua Dan Good Governance”, bertempat di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (15/11) pagi.

Seperti dikatakan Farid, penyelesaian di Papua bisa dilakukan dengan mencari bibit/akar masalah yang terjadi. “Problematika yang terjadi di Papua meliputi dua hal, aspek antropologis dan budaya. Masyarakat Papua adalah masyarakat yang terbagi ke dalam 250 suku, yang otonom, tidak tunduk satu sama lain,” paparnya.

Dalam menangani konflik Papua, menurut Farid, harus menyentuh empat permasalahan besar. Permasalah tersebut adalah masalah marjinalisasi dan diskriminasi, kegagalan pembangunan, sejarah dan status politik, serta kekerasan negara dan pelanggaran HAM. “Konflik akan rawan terjadi bila ada persoalan sosial, ekonomi, dan politik. Isu yang terjadi sekarang ini adalah isu upah di Freeport, kongres rakyat di Papua, dan pembunuhan Kapolsek muda,” tegasnya.

Sementara pembahas lain yang dihadirkan, Yosin Kogoya, memaparkan bagaimana kesejahteraan belum dirasakan oleh masyarakat Papua. “Ketidakmerataan ada pada hampir semua aspek, mulai pendidikan, ekonomi, keadilan, sampai kesehatan. Sarana dan pra sarana ada, namun tenaganya tidak ada. Obat-obatan pun tidak berkualitas, benar-benar seadanya. Bahkan, obat kadaluwarsa masih beredar di pasaran,” terang mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan UMY asal Papua ini.

Sampai saat ini, menurutnya, masyarakat Papua masih sangat mengharapkan adanya mediasi antara pemerintah dengan rakyat Papua. Pemerintah, dalam hal ini presiden, diharapkan bisa mendengarkan aspirasi masyarakat Papua secara langsung. 

This entry was posted on Rabu, November 16, 2011 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar